Nabi Saleh as. adalah nabi kelima dalam Islam yang wajib diyakini. Lewat kisahini, kami akan menceritakan bagaimana perjuangan Nabi Saleh as. dalam berdakwah menegakkan tauhid kepada umatnya, kaum Tsamud. Saleh adalah seorang pemuda cerdas, perilakunya santun, tutur katanya sopan. Hormat kepada yang besar dan sayang kepada yang kecil. Ia terkenal sangat rajin beribadah. Nabi Saleh adalah putra dari Ubaid bin Asaf bin Masyikh bin Ubaid bin Nadzir bin Tsamud. Jadi, ia adalah keturunan suku Tsamud. Nasab Nabi Saleh bersambung keSam bin Nuh.
Tsamud, Kaum Nabi Saleh as.
Siapakah kaum Tsamud umat Nabi Saleh itu? Nama Tsamud diambil dari nama kakek Nabi Nuh. Kaum Tsamud tinggal di sebuah lembah yang luas, bernama Wadi al Qura, di sebelah utara Semenanjung Arab, pada masa prasejarah. Mereka adalah salah satu di antara suku Arab yang terlupakan. Sejarah tidak menyebutkannya. Namun, Al-Qur'an menyebutkan kisah mereka; Rasulullah saw juga menyebutkan mereka dalam hadis-hadis beliau. Pada suatu ketika, Nabi Muhammad saw. memimpin tentara Muslimin pada tahun 9 H. Beliau menuju Tabuk, karena hendak menghadapi tentara Romawi di sebelah utara Semenanjung Arab. Tentara Muslimin menempuh perjalanan bermil-mil. Karena itu mereka menjadi lelah dan kehausan. Sehingga, Nabi Muhammad saw. memerintahkan mereka untuk berhenti di lembah sebuah desa (Wadi al Qura), dekat Tabuk.
Mereka berkemah di sekitar gunung tersebut, yang di dekatnya terdapat puing-puing dan sumur-sumur. Salah seorang dari mereka bertanya tentang puing-puing tersebut, "Siapa pemilik puing-puing ini?" Dijawab, "Itu adalah puing-puing kaum Tsamud. Dulu, kaum Tsamud mendiami tempat ini." Nabi Muhammad saw. mencegah kaum Muslim untuk meminum air dari sumur-sumur tersebut. Kemudian beliau menunjukkan kepada mereka sebuah mata air di dekat gunung. Beliau berkata kepada mereka, "Unta betina Nabi Saleh minum dari mata air ini." Nabi Muhammad saw mencegah para tentaranya memasuki puing-puing tersebut, karena beliau hendak memberikan sebuah pelajaran tentang kaum tersebut, yang memperoleh kutukan Allah dan hancur.
Kaum Tsamud muncul setelah kaum 'Ad musnah di lembah Al Ahqaf. Masyarakat Tsamud bekerja sebagai petani. Mereka menggali sumur-sumur dan membajak ladang-ladang mereka. Mereka membangun rumah-rumah mereka di gunung-gunung. Ternak mereka digembalakan dengan tenang di padang rumput. Kebun dan pertanian mereka berkembang dan dipenuhi buah-buahan. Itulah kehidupan yang dijalani oleh kaum Tsamud. Tetapi kaum tersebut tidak mengenal rasa syukur dan tak mau menyembah Allah. Mereka justru menyembah berhala-berhala. Sementara, kaum kaya mereka menjadi tiran.
Dakwah Nabi Saleh as.
Nabi Saleh hidup pada masa ini. Beliau adalah seorang yang baik dan bijaksana. Masyarakat pun sangat mencintainya, karena mereka tahu keutamaan beliau yang masyhur. Bahkan beberapa dari mereka berpikir bahwa Saleh akan memperoleh kedudukan penting nantinya, dan akan menjadi pemimpin kaum Tsamud yang kuat. Nabi Saleh as. mengetahui bahwa penyembahan berhala telah berakar kuat dalam hati kaumnya itu, karena ayah-ayah dan kakek-kakek mereka adalah penyembah berhala.
Nabi Saleh as. pun tahu bahwa para pemimpin kaum ini adalah orang-orang jahat; mereka tidak menyuk kebaikan dan menghukum siapa saja yang menghalangi orang-orang dari menyembah berhala. Namun demikian, Nabi Saleh as. adalah rasul Allah. Beliau tidak takut apa pun kecuali Allah Yang Mahabesar. Sehingga, Nabi Saleh as. menyerukan risalahnya pada kaumnya. Dari sinilah pertarungan antara hak dan batil dimulai. Para pengikut Nabi Saleh as. memulai perjuangan mereka melawan kaum kafir Tsamud, yang memiliki Sembilan orang yang berkuasa.
Para penduduk pergi ke sebuah batu besar di gunung. Mereka begitu lama menyembah batu itu. Anak-anak melihat ayah-ayah mereka menyembah batu tersebut, sehingga mereka pun melakukan hal yang sama. Ketika mereka tumbuh dewasa, mereka pun meneruskan tradisi menyembah batu itu. Mereka mengelilingi batu itu. Lalu mereka menyembelih domba untuknya, dan memohon rahmat darinya.
Nabi Saleh as. melihat apa yang dilakukan kaumnya, beliau pun menjadi sedih atas hal ini. Sehingga beliau pergi ke batu yang disucikan itu. Dan beliau melihat bahwa kaumnya sedang menyembahnya. Lalu Nabi Saleh as. berkata kepada mereka, "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tak ada Tuhan selain Dia." Salah seorang dari mereka berkata, "Mengapa kau meminta karni untuk menyembah Allah?" Nabi Saleh as. menjawab, "Karena Dialah yang menciptakan kalian. Dia pula yang memberi kalian kehidupan." Mereka berkata lagi, "Allah sangat jauh dari kami. Kami tak dapat memohon kepada-Nya. Oleh karena itu, kami menyembah beberapa ciptaan-Nya. Dia mempercayakan urusan kami pada mereka. Kami ingin Allah senang pada kami melalui penyembahan kami terhadap ciptaan-Nya."
Nabi Saleh as. berkata dengan sedih, "Wahai kaumku, Allah-lah yang menciptakan kalian. Allah pula yang mengutus aku untuk kalian. Dia ingin kalian menghamba kepada-Nya dan tidak menyembah kepada selain-Nya. Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Allah. Bertobatlah kepada-Nya. Tuhanku adalah dekat. Dia akan menjawab permintaan kalian." Mereka berkata lagi, "Wahai Saleh, sebelum ini engkau adalah salah seorang di antara kami, di mana kami menaruh harapan besar. Kami menganggap bahwa kami akan bisa memanfaatkan pemikiran dan kebijaksanaanmu. Namun, sekarang, engkau justru membawakan kepada kami sebuah risalah yang aneh. Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan Tuhan-tuhan kami? Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan sesembahan ayah-ayah dan kakek-kakek kami? Kami meragukan keadaanmu. Wahai Saleh, kau telah menjadi gila!"
Nabi Saleh as. lalu berkata, "Allah telah mengutus aku untuk kalian, maka mengabdilah kepadaNya. Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian atas seruanku ini. Aku hanya mengabdi kepada Allah yang menciptakanku." Mereka pun berkata, "Jika kau adalah rasul Allah, dapatkah kau mengeluarkan seekor unta betina hamil dari batu itu?" Nabi Saleh as. menjawab, "Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kita semua dari bumi ini." Mereka berkata, "Kami tak akan mempercayaimu sampai kau keluarkan seekor unta betina dari batu tersebut." Salah seorang dari mereka menambahkan, "Ya, unta betina itu mesti dalam keadaan hamil!"
Nabi Saleh as. berkata, "Aku akan memohonkan kepada Allah. Jika Dia mengabulkannya, maukah kalian percaya bahwa ada satu Tuhan? Maukah kalian percaya bahwa aku adalah rasul Allah yang diutus untuk kalian?", "Ya," jawab mereka."Kapan janji itu akan terpenuhi?" tanya mereka. Nabi Saleh as. menjawab, "Janji itu akan terpenuhi besok, di sini."
Unta Betina Allah
Ketika fajar menyingsing, Nabi Saleh as. pergi ke gunung tempat batu itu berada. Tugas yang dibebankan pada Nabi Saleh as. begitu sulit, karena kaumnya meminta kepadanya untuk mengeluarkan seekor unta betina hamil dari batu tersebut. Kaum Tsamud berkumpul di sekitar batu itu. Beberapa dari mereka meragukan Nabi Saleh as., beberapa di antaranya memandang batu tersebut, dan yang lainnya lagi menatap Nabi Saleh as. Mereka melihat Nabi Saleh as. menatap ke langit dengan rendah hati. Mereka mendengar beliau mengucapkan beberapa patah kata. Mereka melihat tangannya menunjuk ke arah batu itu dan kaum Tsamud.
Mereka mengerti bahwa Nabi Saleh as. sedang berdoa kepada Tuhannya untuk mendukung ajaran-Nya. Nabi Saleh as. memohon kepada Allah untuk sesuatu yang ajaib. Beliau memohon kepada Allah agar mengeluarkan seekor unta betina hamil dari batu tersebut. Semua orang memandang Nabi Saleh as. dan batu itu. Nabi Saleh as. pun duduk. Matanya dipenuhi dengan air mata. Beliau memohon kepada Allah untuk memberikan sebuah tanda untuk meyakinkan kaumnya. Karena beliau ingin agar kaumnya kembali ke fitrah mereka, dan hanya menyembah Allah SWT.
Tiba-tiba Nabi Saleh as. bangkit. Beliau menunjuk dengan jarinya ke arah batu itu. Semua penduduk Tsamud mendengar sebuah suara keras. Mereka melihat batu tersebut pecah, lalu keluarlah seekor unta betina yang indah darinya. Dan unta tersebut dalam keadaan hamil. Orang-orang sangat menyukainya, karena unta itu jinak. Nabi Saleh as. pun bersujud kepada Allah. Beliau bersyukur dan memuliakan-Nya. Allah telah mengeluarkan seekor unta betina hamil dengan kekuasaan absolut-Nya. Orang-orang Tsamud pun menundukkan kepalanya untuk memuliakan Allah. Beberapa di antaranya bersujud kepada-Nya.
Mereka melihat keajaiban besar di depan mata mereka. Lalu mereka berkata, "Apa yang dikatakan Saleh adalah benar. Allah adalah satu-satunya Tuhan, dan tak ada sekutu bagi-Nya." Meskipun mereka berjumlah sedikit, tetapi keyakinan mereka seteguh batu, dari mana unta betina itu keluar. Seluruh penduduk Tsamud melihat mukjizat itu dengan takjub. Sehingga, unta betina itu menjadi simbol dari risalah Nabi Saleh as., dan simbol dari keesaan Allah.
Setelah tiga hari, unta betina itu melahirkan seekor unta jantan yang cantik. Unta jantan muda ini selalu mengikuti dan berada di samping ibunya. Dan ibunya pun merawatnya dengan penuh kasih sayang. Unta betina dan anaknya itu menjadi simbol kasih sayang. Kaum Tsamud mengatakan bahwa unta betina itu adalah unta betina Nabi Saleh as. Namun, Nabi Saleh as. selalu berkata, "Ini adalah unta betina Allah. Ini adalah sebuah tanda kekuasaan Allah. Maka berhati-hatilah kalian, jangan menyakitinya. Jika kalian melakukan itu, maka kutukan Allah akan menimpa kalian."
Hari-hari berlalu. Unta betina itu tinggal di lembah yang sangat luas, makan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lembah tersebut, dan minum dari beberapa mata air di sana. Unta betina itu juga menghasilkan susu yang lezat untuk semua penduduk.
Persekongkolan Jahat
Suatu malam, setelah orang-orang pergi tidur, kesembilan orang tersebut mengadakan pertemuan. Mereka makan-makan hingga kenyang, juga minum-minum anggur hingga mabuk. Mata mereka pun merah. Mereka berbicara tentang bahayanya posisi Nabi Saleh as. bagi mereka. Mereka berkata pada satu sama lain, "Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana cara kita melenyapkan Saleh?" Lalu, salah seorang dari mereka mengatakan, "Aku pikir kita lebih baik melenyapkan unta betinya. "Yang lain juga berkata, "Ya, kita lebih baik membunuhnya, karena itu adalah bukti kebenaran risalah Saleh. Ketika kita membunuhnya, maka ia akan menjadi lemah di hadapan kita."
Suatu malam, setelah orang-orang pergi tidur, kesembilan orang tersebut mengadakan pertemuan. Mereka makan-makan hingga kenyang, juga minum-minum anggur hingga mabuk. Mata mereka pun merah. Mereka berbicara tentang bahayanya posisi Nabi Saleh as. bagi mereka. Mereka berkata pada satu sama lain, "Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana cara kita melenyapkan Saleh?" Lalu, salah seorang dari mereka mengatakan, "Aku pikir kita lebih baik melenyapkan unta betinya. "Yang lain juga berkata, "Ya, kita lebih baik membunuhnya, karena itu adalah bukti kebenaran risalah Saleh. Ketika kita membunuhnya, maka ia akan menjadi lemah di hadapan kita."
Orang ketiga menambahkan, "Kita bunuh Saleh juga." Orang keempat bertanya, "Siapa yang akan membunuh untanya?" Orang kelima pun bertanya, "Siapa yang dapat membunuhnya?" Lalu orang keenam menjawab, "Aku tahu siapa yang dapat membunuhnya." Lalu orang ketujuh bertanya, "Siapa dia?" Dan yang lainnya pun serentak melontarkan pertanyaan serupa. Orang keenam tadi lalu menjawab, "Ia adalah Qaydar, seorang yang tak kenal belas kasihan." Kemudian semua orang serentak berteriak, "Ya, kami setuju dengan Qaydar, seorang yang tak mengenal belas kasihan!"
Terbunuhnya Unta Allah
Mereka memutuskan untuk membunuh unta betina itu. Salah seorang dari mereka keluar untuk menemui Qaydar. Saat itu tengah malam. Qaydar pun datang dengan membawa pedangnya. Ia lalu minum anggur hingga matanya menjadi Merah. Ia juga menaruh dendam pada unta betina itu, karena telah menjadi simbol kebenaran. Qaydar membenci perbuatan baik, dan ia berperangai kasar. Ketika kesembilan orang jahat itu menawarkan kepadanya sejumlah uang, ia langsung bangkit.
Mereka memutuskan untuk membunuh unta betina itu. Salah seorang dari mereka keluar untuk menemui Qaydar. Saat itu tengah malam. Qaydar pun datang dengan membawa pedangnya. Ia lalu minum anggur hingga matanya menjadi Merah. Ia juga menaruh dendam pada unta betina itu, karena telah menjadi simbol kebenaran. Qaydar membenci perbuatan baik, dan ia berperangai kasar. Ketika kesembilan orang jahat itu menawarkan kepadanya sejumlah uang, ia langsung bangkit.
Mereka lalu bertanya kepada Qaydar, "Ke mana kau akan pergi, hai Qaydar?" Qaydar menjawab, "Aku akan membunuh unta itu malam ini juga." Kesembilan orang jahat itu berkata, "Tunggu hingga fajar menyingsing. Unta itu akan pergi ke mata air. Sehingga kau dapat membunuhnya dengan mudah." Qaydar lalu menghabiskan malam itu dengan minum anggur. Wajahnya menjadi menakutkan.
Esok harinya, unta betina dan anaknya bangun dari tidur, mereka pun pergi ke mata air untuk minum. Unta jantan muda bermain dengan gembira. Matahari pun terbit, sehingga padang rumput yang hijau terlihat seperti taman bermain yang indah. Unta jantan muda suka bermain-main di padang rumput itu. Induknya setiap hari membawanya ke sana. Tetapi, apa yang terjadi pagi itu? Mengapa unta muda itu tak bermain-main?
Qaydar, si penjahat itu, tiba-tiba muncul. Ia menghadang unta betina dan anaknya. Ia menghunus pedangnya, sementara unta betina itu mencoba berbagai cara untuk pergi. Tetapi Qaydar segera memukulnya, dan unta itu pun roboh ke tanah. Lalu orang jahat ini membacok lehernya. Si unta betina itu hanya bisa memandang anaknya dengan sedih. Anaknya menjadi ketakutan, sehingga berlari ke arah gunung. Tak lama kemudian, kesembilan orang jahat itu datang dan mulai menikam unta betina itu dengan belati mereka. Unta betina itu pun bersimbah darah, dan akhirnya tewas.
Para penjahat itu tidak puas dengan hanya membunuh unta betina itu. Tangan-tangan mereka berlumuran darah unta betina yang tak bersalah itu. Mereka lalu memotong-motongnya menjadi beberapa bagian layaknya sekawanan serigala. Namun mereka tetap tidak merasa puas dengan itu. Mereka mengejar si unta jantan muda. Unta tersebut menjadi ketakutan, dan lalu memanjat bebatuan di gunung. Ia mencari tempat untuk bersembunyi dari kesembilan orang jahat yang lebih kejam daripada serigala tersebut.
Unta jantan muda itu berhenti di puncak gunung dan melihat induknya yang telah terpotong-potong oleh belati para penjahat. Ia juga melihat mereka, yang membawa belati, sedang mendaki gunung itu untuk membunuhnya pula. Unta jantan muda itu sudah tak menemukan tempat untuk lari. Oleh karena itu, ia memandang ke langit dan menggeram tiga kali. Lalu salah seorang dari mereka menikamnya dengan pisau yang tajam. Unta muda itu pun jatuh ke bebatuan, dan berlumuran darah. Kemudian para penjahat itu menyerangnya lagi, dan dengan kejam memotong-motongnya menjadi beberapa bagian. Bahkan serigala pun masih lebih baik ketimbang kaum kafir ini.
Kaum Nabi Saleh Dibinasakan Allah
Sementara itu, Nabi Saleh as. dan para pengikutnya pergi untuk melihat unta betina Allah. Namun, mereka tak menemukan apa pun kecuali darah yang menodai tanah dan puncak gunung. Awan hitam pun muncul di kaki langit. Langit terlihat menakutkan. Segala yang indah menjadi hilang, karena perbuatan orang-orang jahat itu, yang membenci kebaikan. Mereka bahkan membunuh unta betina yang telah memberi mereka susu setiap hari. Mereka membunuh unta betina itu karena dia menjadi tanda kekuasaan Allah dan bukti kebenaran ajaran Nabi Saleh as.
Nabi Saleh as. lalu berkata kepada mereka, "Nikmatilah rumahmu selama tiga hari ini, karena hukuman Allah akan menimpa kalian. Kalian telah menindas orang lain, mengingkari ajaran Allah, dan membunuh unta betina-Nya. Kalian juga tidak menyukai kebaikan." Kaum Tsamud tersebut tidak mau meminta maaf kepada Nabi Saleh as., walaupun mereka telah membunuh unta betina itu. Mereka juga tak mau bertobat kepada Allah. Bahkan mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh as. dan keluarga beliau.
Mereka bertemu lagi dan memutuskan untuk membunuh Nabi Saleh as. di rumahnya. Lalu mereka akan menyiksa para pengikutnya setelah itu. Tetapi, apa yang terjadi? Sebelum mereka melakukan pembunuhan tersebut, sebuah peristiwa mengerikan terjadi. Tiba-tiba awan hitam berkumpul di langit, menutupi bulan dan bintang-bintang. Lembah-lembah dan pegunungan menjadi gelap gulita. Saat tengah malam, petir menghantam dengan kuat, dan menghancurkan kaum Tsamud. Tak ada yang seorang pun yang selamat dari petir itu, kecuali Nabi Saleh as. dan para pengikutnya. Itulah akhir dari kaum Tsamud. Empat hari setelah terbunuhnya unta betina itu, matahari baru bersinar lagi di atas reruntuhan orang-orang yang zalim tersebut.
No comments:
Post a Comment