Kisah Nabi Hud as kali ini akan menceritakan bagaimana perjalanan dakwah Nabi Hud bagi kaumnya, yakni kaum 'Ad. Dalam Islam, Nabi Hud as merupakan nabi keempat yang wajib diyakini. Jika kita memperhatikan dengan teliti Semenanjung Arab, maka kita akan menemukan daerah gurun yang luas di bagian timur. Itu adalah daerah Al Rub al Khali, daerah ini terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Wilayah ini kosong, tak ada tanda-tanda kehidupan. Di sana tak ada tanaman maupun air. Namun demikian, apakah daerah ini juga merupakan gurun ribuan tahun yang lalu? Jawabannya adalah tidak. Dahulu kala, daerah ini adalah daerah yang subur dan hijau. Para arkeolog telah menemukan puing-puing kota yang terkubur di bawah pasir. Kaum 'Ad tinggal di daerah itu pada masa prasejarah. Mereka termasuk suku Arab kuno. Sejarah tidak menyebutkan apa pun tentang mereka. Hanya Al-Qur'an yang telah menyebutkan mereka.
Kaum Nabi Hud as: 'AdKaum Nabi Hud, yakni kaum 'Ad tinggal di daerah rerumputan yang hijau. Hujan turun dalam musim-musim yang berbeda. Sehingga tanah menjadi subur. Selokan-selokan dan sungai-sungai kecil penuh dengan air, dan ladang-ladang menjadi indah. Karenanya, tanah-tanah mereka penuh dengan pohon-pohon kurma, tanaman anggur, dan tanaman lainnya. Selain itu, kebun-kebun mereka sangat luas. Masyarakat pada waktu itu menaruh perhatian khusus pada pembangungan rumah-rumah. Mereka adalah para ahli dalam membangun istana-istana, kastil-kastil, dan benteng-benteng. Mereka kuat dan sombong. Anugerah tersebut membuat mereka tidak bersyukur. Mereka tidak mendengarkan peringatan-peringatan yang sampai pada mereka.
Mereka adalah para penyembah berhala, yang membuat berhala-berhala itu dengan tangan mereka, dan kemudian mereka menyembahnya. Mereka membangun kuil-kuil di atas bukit dan meletakkan berhala-berhala itu di sana. Kemudian mereka berkata, "Ini adalah dewa kesuburan, sedang ini dewa laut, dan yang ini dewa tanah, serta ini dewa perang." Dengan alasan tersebut, mereka menyembah berhala-berhala itu bila mereka ditimpa kemalangan. Mereka berpikir bahwa dewa-dewa merekalah yang memberikan nikmat itu semua. Karenanya, mereka sangat berpegang teguh pada dewa-dewa mereka tersebut.
Mereka menindas orang-orang yang tak berdosa, dan menghukum keras orang-orang yang tidak mengikuti keyakinan dan cara hidup mereka. Orang-orang bajik di antara mereka menjadi takut. Mereka adalah kaum minoritas yang lemah. Kaum kaya memiliki perawakan yang kuat dan tinggi, namun hati mereka sekeras batu. Nabi Hud as. tinggal di daerah ini pada masa itu.
Pada masa itu, kaum 'Ad telah mampu membangun kota terbesar di dunia. Kota itu adalah Iram. Sebuah kota yang tak tertandingi kota-kota lainnya. Iram penuh dengan istana-istana dan taman-taman. Shaddad, seorang penyembah berhala, yang telah memerintahkan untuk membangun kota tersebut. Ia menginginkan kota tersebut menjadi sebuah taman untuk ditinggali. Ia mengira bahwa ia tak akan pernah mati, karena ia sangat kuat.
Dakwah Nabi Hud as
Nabi Hud as. adalah seorang yang saleh. Ia mempunyai hati yang baik dan mencintai kebaikan. Allah SWT memilihnya sebagai rasul, dan mengirimnya sebagai pembawa risalah pada kaumnya. Hud as. mengajak orang-orang untuk menyembah Allah SWT, ia menghalangi kaumnya dari menyembah berhala-berhala dan dewa-dewa. Ia mengatakan kepada mereka bahwa berhala-berhala dan dewa-dewa itu hanyalah batu yang tak berguna. Hud as. adalah seorang pemberani. Ia tidak takut pada penyembah-penyembah berhala itu. Meskipun para penyembah berhala itu memiliki tubuh yang kuat, namun Hud as. lebih kuat dari mereka dalam hal kemauan dan semangat. Karena ia bersandar kepada Allah, sehingga Allah mendukungnya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Nabi Hud as. adalah seorang yang saleh. Ia mempunyai hati yang baik dan mencintai kebaikan. Allah SWT memilihnya sebagai rasul, dan mengirimnya sebagai pembawa risalah pada kaumnya. Hud as. mengajak orang-orang untuk menyembah Allah SWT, ia menghalangi kaumnya dari menyembah berhala-berhala dan dewa-dewa. Ia mengatakan kepada mereka bahwa berhala-berhala dan dewa-dewa itu hanyalah batu yang tak berguna. Hud as. adalah seorang pemberani. Ia tidak takut pada penyembah-penyembah berhala itu. Meskipun para penyembah berhala itu memiliki tubuh yang kuat, namun Hud as. lebih kuat dari mereka dalam hal kemauan dan semangat. Karena ia bersandar kepada Allah, sehingga Allah mendukungnya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Orang-orang bajik mengimani risalah yang dibawah Hud as. tersebut, tetapi mereka hanyalah segelintir orang saja. Kaum kuat dan sombong mengejek Hud as. Mereka mengejek risalah beliau, dan mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang tolol dan gila. Mereka pun menyakiti dan mengancam beliau. Namun, Hud as. terus menyeru orang-orang untuk beriman kepada Allah. Beliau selalu menasihati mereka. Beliau juga mengingatkan mereka akan rahmat dan kemurahan Allah. Tetapi semua usahanya sia-sia belaka.
Mereka berpikir bahwa para dewa merekalah yang melimpahkan rahmat pada mereka, menjadikan turunnya hujan, tumbuhnya rerumputan, dan bertambahnya ternak mereka. Sehingga, mereka berkata, "Hud memang gila. Dewa-dewa akan mengutuknya!" Mereka juga hendak menakut-nakuti Hud as. dengan azab para dewa mereka, karena itu mereka berkata padanya, "Jika kau terus mengajak kami untuk mengimani Tuhanmu, maka dewa-dewa kami akan menghukummu!" Namun, Nabi Hud as. menghadapi tantangan kaum 'Ad yang tiran itu. Beliau pun siap menantang dewa-dewa mereka. Beliau terus menyampaikan risalahnya. Dan para tiran itu pun tidak mampu menghalanginya.
Kaum 'Ad terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengimani Allah dan hari akhir. Dan mereka hanya berjumlah segelintir orang saja. Kelompok kedua tidak beriman kepada risalah yang dibawah Nabi Hud as. Mereka ini melakukan penyerangan, kejahatan, dan penyesatan. Nabi Hud as. tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki mereka, karena mereka berkeras untuk hidup dalam kesesatan.
Awal Bencana Kaum Nabi Hud as.
Musim hujan telah tiba, namun hujan tidak turun. Awan mendung bergerak melewati langit daerah Al Ahqaf, namun segera menjauh. Sementara, kaum 'Ad hidup dengan beternak, bertani, menggarap kebun buah-buahan. Tahun itu berlalu tanpa turunnya hujan. Akibatnya, penghasilan mereka berkurang, sebagian ternak mereka mati karena kelaparan, dan pepohonan juga mati karena tidak memperoleh air. Hal itu mendorong kaum 'Ad untuk mendatangi berhala-berhala mereka. Mereka menyembahnya dan mengorbankan domba untuk berhala-berhala itu, tetapi semua usaha mereka sia-sia.
Musim hujan telah tiba, namun hujan tidak turun. Awan mendung bergerak melewati langit daerah Al Ahqaf, namun segera menjauh. Sementara, kaum 'Ad hidup dengan beternak, bertani, menggarap kebun buah-buahan. Tahun itu berlalu tanpa turunnya hujan. Akibatnya, penghasilan mereka berkurang, sebagian ternak mereka mati karena kelaparan, dan pepohonan juga mati karena tidak memperoleh air. Hal itu mendorong kaum 'Ad untuk mendatangi berhala-berhala mereka. Mereka menyembahnya dan mengorbankan domba untuk berhala-berhala itu, tetapi semua usaha mereka sia-sia.
Musim hujan berikutnya datang. Awan hitam nampak bergerombol. Kaum 'Ad menjadi gembira karenanya. Beberapa dari mereka berkata, "Awan-awan itu dipenuhi dengan air hujan." Namun, lagi-lagi awan-awan itu menghilang. Akhirnya mereka menggandakan jumlah persembahan pada dewa-dewa mereka. Tetapi tetap saja hujan tak kunjung datang. Dan angin pun berhembus dengan membawa pasir.
Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya. Beliau berkata pada mereka, "Wahai kaumku, aku menyayangi kalian, aku hanya ingin berbuat baik pada kalian. Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Allah, bertobatlah kepada-Nya. Allah akan mengirimkan pada kalian awan-awan yang mengandung hujan dan menambah kekuatan yang ada pada kalian." Namum, kaum 'Ad tetap tidak mau mendengarkan ajakan beliau. Mereka meninggalkan Nabi Hud as. dan mengancam beliau. Lalu mereka pun pergi mendatangi berhala-berhala mereka lagi, dan mengorbankan domba untuknya.
Musim hujan telah berakhir, tetap tak setetes pun hujan yang turun. Sehingga, tanah-tanah mereka menjadi kering dan berubah menjadi gurun pasir. Ternak-ternak dan pohon-pohon pun mati. Tahun ketiga datang, dan tahun ini adalah tahun yang kritis. Persediaan air mereka hanya tersisa sedikit. Mereka menggunakannya untuk hewan-hewan ternak yang tersisa. Sehingga, ladang-ladang mereka tak lagi terairi. Namun, mereka tetap pergi ke kuil-kuil mereka setiap hari, dan menyembah serta memohon kepada berhala-berhala mereka. Sementara, Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Ia ingin mereka mengerti bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa berhala-berhala mereka itu hanyalah sebuah batu.
Akhirnya, Kaum Nabi Hud as Dibinasakan Allah
Fosil kaum Nabi Hud yang dibinasakan Allah
Musim hujan ketiga pun datang. Meski demikian, tak terjadi apa pun kecuali kekeringan. Angin berhembus rendah, dan membawa gelombang pasir ke arah lembah yang dulunya hijau. Kelaparan melanda daerah Al Ahqaf. Hud as. terus menyeru kaumnya untuk menyembah Allah. Beliau ingin agar mereka berhenti menyembah berhala. Nabi Hud as. berkata pada kaumnya, "Allah Yang Mahaagung berkuasa menciptakan hujan dan menghidupkan tanah yang kering. Allah yang Mahaagung berkuasa menciptakan tanaman-tanaman di lembah maupun di daratan. Sedangkan berhala-berhala itu hanyalah batu yang tak berguna!"
Namun, kaum 'Ad tetap tidak percaya pada risalah Nabi Hud as. Mereka tetap mematuhi para tiran. Tak seorang pun yang mempercayai Nabi Hud as. kecuali beberapa orang bajik saja. Penduduk Al Ahqaf pergi meninggalkan kota. Mereka memandang ke langit menanti datangnya hujan. Namun, langit terlihat cerah dan berwarna biru. Di sana tak terdapat awan. Para penyembah berhala itu lagi-lagi menyembelih domba untuk berhala-berhala mereka. Mereka berpikir bahwa dewa kesuburan akan menyelamatkan mereka dari kemarau dan kekeringan. Tetapi hujan tetap saja tak kunjung turun.
Nabi Hud as. tetap mendatangi kaumnya. Beliau ingin memberikan kepada mereka sedikit nasihat terakhir. Beliau berkata pada mereka, "Bertobatlah kepada Allah. Hanya Allah-lah yang berkuasa mengirimkan hujan dan menciptakan tumbuh-tumbuhan." Namun, kaum 'Ad justru mencanci Nabi Hud as. Mereka berkata, "Pergi! Kau gila! Kau pembohong! Jika engkau memang benar, biarlah Tuhanmu menghukum kami! Kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami. Tuhan-tuhan kami, yang telah melimpahkan rahmat kepada kami, mengirim awan, menciptakan tumbuh-tumbuhan, dan memperbanyak ternak kami! Tuhan-tuhan kami tak pernah melupakan itu!"
Nabi Hud as. menjadi sedih melihat kaumnya. Beliau ingin agar mereka beriman kepada Allah. Beliau ingin agar mereka menjalani kehidupan yang damai. Beberapa jam kemudian, muncullah awan hitam yang menakutkan di kaki langit. Awan itu bergerak dengan cepat, dan menutupi seluruh langit daerah Al Ahqaf. Kaum 'Ad bergembira melihat awan-awan tersebut. Mereka berkata, "Tuhan-tuhan kami telah menerima doa kami. Mereka telah mengirimkan awan-awan yang penuh dengan hujan ini kepada kami, yang karenanya lembah-lembah dan ladang-ladang akan penuh dengan rerumputan." Ketika Nabi Hud as. melihat tanda-tanda hukuman itu, beliau berkata, "Tidak! Itu angin kencang yang membawa azab yang pedih."
Nabi Hud as. dan para pengikutnya segera berlindung di gunung. Hukuman itu sudah sangat dekat. Sementara, para penyembah berhala justru menatap awan hitam di langit, dan menanti turunnya hujan. Namun, tak ada hujan yang turun. Angin dingin berhembus. Kilat menyambar di angkasa. Guntur menggelegar. Petir pun menghantam para penyembah berhala itu. Mereka menjadi gemetar ketakutan, sehingga mereka lari ke rumah-rumah mereka. Kini, mereka tak lagi berharap pada awan-awan hitam itu. Mereka tidak mendengarkan kata-kata Nabi Hud as. Mereka hanya melihat berhala-berhala mereka. Mereka mengira bahwa berhala-berhala itu akan memberi kebaikan bagi mereka.
Tiba-tiba muncullah angin topan yang dahsyat. Angin itu sangat kencang, dingin, dan kering. Angin tersebut tidak membawa awan maupun hujan, melainkan membawa butiran pasir yang dingin dan tebal. Jam demi jam telah berlalu. Namun badai terus menghantam, dan gelombang pasir bergerak ke lembah. Kaum 'Ad merasa bangga pada kekuatan mereka. Mereka mengira bahwa mereka mampu mengatasi kemarau, kekeringan, dan badai. Mereka pikir bahwa bada itu akan segera mereda di malam hari atau keesokan harinya.
Namun, badai dahsyat muncul di hari Rabu itu, terus mengamuk hingga 7 malam 8 hari. Sehingga, ketika badai itu mereda pada hari Rabu berikutnya, dia telah memenuhi lembah-lembah yang sebelumnya subur, dengan pasir. Angin telah mengubur kota Iram, yang indah, di bawah pasir, menghancurkan rumah-rumah dan tiang-tiang pualam yang kokoh, juga menghantam orang-orang yang tidak beriman kepada risalah Nabi Hud as. Mereka bergelimpangan di pasir bak pohon kurma yang layu.
Sisa bangunan kota Iram yang tertimbun pasir
Berhala-berhala mereka jatuh di hadapan mereka, dan hancur berkeping-keping. Kuil-kuil mereka pun telah menjadi puing-puing. Kutukan telah menimpa mereka. Mereka adalah orang-orang tiran, yang hatinya kosong dari belas kasih. Kehidupan mereka penuh dengan bermain-main. Mereka membangun istana-istana hanya untuk bersenang-senang dan jauh dari manfaat. Mereka tidak beriman kepada Allah dan menganiaya orang-orang beriman. Sehingga, Allah menghancurkan kaum 'Ad itu, serta menyelamatkan Nabi Hud as. dan para pengikutnya. Allah ingin agar mereka kembali menjalani kehidupan dengan penuh kebaikan, kesuburan, dan perkembangan.
No comments:
Post a Comment