Segala amal perbuatan tanpa didasari ilmu, maka semuanya menjadi tidak ada faedahnya, begitu pula sebaliknya. Nah, Islam mengajarkan banyak adab-adab penting untuk umatnya, semuany demi kebahagiaan manusia itu sendiri.
Islam adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan manusia tanpa terkecuali, sehingga seorang akan merasa kagum dan bergemah dalam hatinya ketika melihat keindahan dan kerapian yang diajarkan oleh Islam.
Islam mengajarkan kaum muslimin hidup di atas kesucian, tidak seperti opini yang dituduhkan oleh orang-orang kafir dan munafik di zaman sekarang, bahwa Islam itu jorok, kotor dan tidak menjaga kebersihan. Untuk menyangga tuduhan miring tentang adab-adab Buang Air.
Betapa indahnya Syari’ah Islam yang maha lengkap ini.
Inilah 9 adab buang air yang sesuai Sunnah Rasul:
1. Menjauh Dan Menutup Aurat Dari Manusia
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَهَبَ الْمَذْهَبَ أَبْعَدَ
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah berkata bahwasanya,
"Nabi saw apabila pergi ke tempat pembuangan air, maka beliau menjauh."
[HR. Abu Dawud: 1/3,An-Nasa’iy: 1/34, dan Ibnu Majah: 1/397. Dishohihkan Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’: 4724]
2. Tidak Buang Air Pada Genangan Air
وَعَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ } . رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ
Dan dari Jabir dari Nabi Muhammad SAW,
"Bahwasanya beliau melarang kencing pada air yang tergenang."
[HR. Ahmad, Muslim, Nasa’ie dan Ibnu Majah]
3. Berdo’a Sebelum Masuk ke Tempat Pembuangan Air
عَنْ أَنَسِ بْن مَالِكٍ قَالَ : { كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ } رَوَاهُ الْجَمَاعَةُ
Anas ra berkata,
"Dulu Rasulullah saw jika hendak masuk ke tempat pembuangan air, maka beliau berkata (berdo’a): "Allahumma inniy audzubika minal khubtsi wal khobaaits"
Artinya:
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari para setan laki-laki, dan perempuan). [HR Jama’ah]
Doa ini dibaca ketika hendak masuk khola’ (tempat buang air, kamar mandi/WC) sebagaimana yang dijelaskan oleh Bukhori dalam kitab Adabul Mufrod, dia berdalil dengan hadits Anas bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا أَرَادَ أَنْ يَدْخُلَ الْخَلَاءَ قَالَ
"Adalah Nabi saw apabila hendak masuk khola’ (tempat buang air) beliau berdoa (doa diatas)"
Dan pendapat ini yang dipakai oleh kebanyakan ulama.
[Nailul Author:1/183]
4. Tidak Menghadap Ke Arah Kiblat Atau Membelakanginya
وَعَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا. رواه البخاري
Dan dari Abu Ayub al-Anshori, dari Nabi saw beliau bersabda :
"Jika kalian mendatangi tempat pembuangan air (untuk buang air), maka janganlah menghadap kiblat, dan jangan pula membelakanginya saat kencing, maupun berak."
[HR. Bukhori: 380]
Namun hadits ini berlaku apabila tempat buang air itu tidak ada satrah atau tabir untuk pelindung diri dari manusia, apabila ada tabir atau tutup untuk melindungi diri dari manusia maka tidak mengapa menghadap kiblat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra:
رَقِيتُ يَوْمًا عَلَى بَيْتِ حَفْصَةَ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَاجَتِهِ مُسْتَقْبِلَ الشَّامِ مُسْتَدْبِرَ الْكَعْبَةِ .رَوَاهُ الْجَمَاعَة
"Aku menginap semalam di rumah Khafsho, maka aku melihat Nabi saw pada hajatnya menghadap ke arah Syam dan membelakangi Ka’bah".
[telah meriwayatkannya Jama’ah: 1/204]
5. Menjaga Badan Dan Pakaian Dari Najis Tinja Dan Kencing
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ
Dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah saw pernah melewati dua kuburan seraya bersabda: "Sesungguhnya kedua (penghuni)nya disiksa, sedang ia tak disiksa karena perkara besar (menurut sangkaanya). Bahkan itu (sebenarnya) adalah perkara besar. Adapun salah satu diantaranya, ia melakukan adu domba. Adapun yang kedua, ia tidak berlindung dari (percikan) kencingnya."
[HR. Muslim: 2/147/439]
Oleh karena itu jangan sampai perkara yang kelihatannya sepele ini bisa menyebabkan kita mendapat siksa kubur, namun sangat menyedihkan hingga pada hari ini masih banyak saudara-saudara kita yang menyepelekan hal ini.
6. Tidak Istinja’ (Cebok) Dengan Tangan Kanan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيُمْنَى لِطُهُورِهِ وَطَعَامِهِ وَكَانَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى لِخَلَائِهِ وَمَا كَانَ مِنْ أَذًى
Dari ‘Aisyah dia berkata:
"Adalah tangan kanan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk wudhunya dan makannya; tangan kirinya untuk cebok, dan sesuatu yang kotor."
[HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya: 1/50]
Jadi tangan kanan digunakan untuk sesuatu yang baik seperti makan dan minum dan tangan kiri untuk cebok dan sesuatu yang bersifat kotor. Tidak seperti orang yang jahil, mereka makan dan minum dengan tangan kiri dan bercebok dengan tangan kanan.
7. Beristinja’ (Cebok) Dengan Air
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ الْخَلَاءَ فَأَحْمِلُ أَنَا وَغُلَامٌ نَحْوِي إدَاوَةً مِنْ مَاءٍ وَعَنَزَةً فَيَسْتَنْجِي بِالْمَاءِ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Anas bin Malik dia berkata,
"Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah memasuki tempat pembuangan air. Maka aku pun dan seorang bocah sebaya denganku datang membawa seember air dan tombak kecil, lalu beliau pun ber-istinja’ (cebok) dengan air."
[HR Bukhori dan Muslim]
Akan tetapi jika tidak mendapati air maka diperbolehkan menggunakan tiga buah batu atau yang lainnya sebagaimana hadits dari ‘Aisyah:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إلَى الْغَائِطِ فَلْيَسْتَطِبْ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ فَإِنَّهَا تَجْزِي عَنْهُ .رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُد وَالدَّارَقُطْنِيّ وَقَالَ : إسْنَادُهُ صَحِيحٌ حَسَنٌ
Bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
"Jika seorang diantara kalian pergi buang air, maka hendaknya ia membawa tiga batu yang dipakai untuk istinja’, karena (tiga) batu tersebut mencukupi baginya (untuk cebok)."
[HR. Ahmad, Nasa’ie, Abu Dawud, Ad-Daraqutniy dan dia mengatakan hadits ini shohih hasan]
Namun ada benda-benda yang dilarang oleh Rasulullah saw untuk digunakan bercebok yaitu tulang dan kotoran binatang.
لَا تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلَا بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ
"Janganlah beristinja’ (cebok) dengan menggunakan kotoran binatang, dan tulang-belulang, karena itu adalah makanan saudara-saudara kalian dari kalangan jin."
[HR. At-Tirmidzi]
8. Membersihkan Tangan Seusai Istinja’ (bercebok)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى الْخَلَاءَ أَتَيْتُهُ بِمَاءٍ فِي تَوْرٍ أَوْ رَكْوَةٍ فَاسْتَنْجَى قَالَ أَبُو دَاوُد فِي حَدِيثِ وَكِيعٍ ثُمَّ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ أَتَيْتُهُ بِإِنَاءٍ آخَرَ فَتَوَضَّأَ
Dan dari Abu Hurairah, "adalah Nabi saw jika mau buang air, maka aku bawakan air dalam bejana atau timba kecil. Lalu beliau beristinja’, kemudian menggosokkan tangannya pada tanah. Lalu aku bawakan bejana lain, kemudian beliau berwudhu’."
[HR. Abu Dawud : 41]
Membersihkan tangan seusai istinjak (bercebok) ini tidak harus dengan tanah, apabila ada sesuatu yang bisa untuk penggantinya sebagai penghilang bau seperti sabun atau semisalnya maka tidak mengapa.
9. Berdoa Ketika Keluar Dari WC
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلَاءِ قَالَ :” غُفْرَانَكَ” . رَوَاهُ الْخَمْسَةُ إلَّا النَّسَائِيّ
Dan dari ‘Aisyah ra berkata:
"Adalah Nabi saw Jika keluar dari WC, maka beliau berdo'a, GHUFROONAKA (Aku memohon ampunan-Mu)."
[HR. Imam Lima kecuali Nasa’ie, Nailul Author: 1/185]
No comments:
Post a Comment