Satu ciri Muslim sejati yang Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya adalah mau beramal sholeh. Sebagaimana makna iman yang umum dipahami, yakni membenarkan dengan hati, lisan dan mengaktualisasikannya di dalam perbuatan.
Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam beserta para sahabatnya sangat gemar melakukan yang namanya amal sholeh. Dan, sebagai pengikutnya sudah semestinya kita juga mengikuti apa yang telah ditauladankan Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Namun, sebelum kita membahas amal seperti apa yang terkategori amal sholeh, satu pertanyaan penting yang mesti dijawab adalah, seberapa pentingnya amal sholeh dalam kehidupan seorang Muslim?
Prof. Dr. Ali Muhammad Shalabi dalam bukunya “Shirah Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib”mengutip salah satu khutbah suami dari Siti Fatimah Az-Zahrah itu.
“Sesungguhnya, dunia ini telah memalingkan punggungnya dan memaklumkan perpisahannya, sementara akhirat (kematian) telah muncul ke depan dan memaklumkan kedekatannya. Sekarang adalah hari persiapan, sedang besok adalah hari perlombaan. Tempat yang dituju ialah surga sedang tempat kembali adalah neraka. Tak adakah seorang yang akan bertaubat atas kesalahannya sebelum kematiannya? Atau, tak adakah seseorang yang hendak berbuat kebajikan sebelum hari ujian?
Ingatlah, Anda berada di hari-hari harapan dan di baliknya berdiri kematian. Barangsiapa beramal (sholeh) dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya. Tetapi, orang-orang yang tidak beramal (sholeh) dalam masa harapannya sebelum datang ajalnya, amalnya adalah sia-sia dan kematiannya adalah suatu kemudaratan baginya.”
Pemahaman seperti itulah yang tumbuh dan berkembang dalam diri Nabi dan para sahabat, hingga menjadi karakter dan sistem kesadaran yang mengakar, sehingga orientasi hidupnya memang satu, akhirat dan untuk itu amal sholeh tak bisa dipisahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ruang Lingkup
Dimana amal sholeh dilaksanakan, di sana iman ditegakkan. Oleh karena itu, ruang lingkup amal sholeh sangatlah luas.
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersabda;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً أَفْضَلُهَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَوْضَعُهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
“Keimanan itu memiliki tujuh puluh sekian cabang, sebaik-baiknya adalah ucapan La ilaaha illallah, dan yang paling sederhana adalah mengyingkirkan bahaya dari jalan. Malu merupakan salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim).
Pantas jika kemudian, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengungkapkan bahwa, “Nilai diri seseorang terletak pada kebaikan (amal sholeh) yang dilakukan.”
Dengan kata lain, amatlah banyak kebaikan (amal sholeh) yang bisa dilakukan. Misalnya, seorang ayah yang berangkat pagi, pulang malam untuk menafkahi keluarga dengan cara halal, itu amal sholeh.
Demikian pula, jika seorang ayah tadi dalam kesehariannya, ke kantor dan pulang ke rumah menggunakan sepeda motor, lalu berhati-hati dan mengikuti rambu-rambu lintas yang ada, sehingga dirinya tidak menjadi sebab terganggunya pengendara lain, maka sungguh dia telah beramal sholeh.
Begitu pula jika, sang ayah tadi banyak memberikan kesempatan pengendara lain untuk mendahului atau lewat di depannya kala ada persimpangan, sungguh ia telah memudahkan orang lain, dan insha Allah itu juga amal sholeh.
Subhanallah, andaikata seorang Muslim tidak bisa kemana-mana, lalu ia tersenyum kepada anggota keluarga, tetangga atau siapapun yang sempat ia lihat dalam waktu itu, baginya juga pahala. Karena tersenyum kepada sesama adalah bagian dari iman dan itu adalah amal sholeh.
Rasulullah bersabda;
أبي ذرّ رضي الله عنه قال : قالَ لي النبي صلى الله عليه و سلم : لاَ تَحْقِرَنَّ منَ المعْرُوفِ شَيْئاً ولوْ أنْ تَلْقَ أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ)).
“Dari Abi Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Shohih Muslim: 6637.)
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” [QS: Al-Baqarah; 263]
Dan, sungguh amal sholeh lainnya masih sangat banyak dengan beragam bentuk amalan. Mulai dari sedekah, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, membantu urusan kaum Muslimin, mendirikan masjid, memperbaiki jalan yang rusak, mendirikan rumah sakit, hingga menegakkan hukum secara adil.
Dari sini dapat kita pahami bahwa jalan ke surga-Nya, itu mudah dan bisa kita lakukan kapan saja dalam wujud kebaikan apapun. Dan, terpenting, amal sholeh itu akan menguatkan keimanan di dalam hati.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS. Yunus [10]: 9).
Menurut Ibn Katsir, ayat tersebut adalah kabar gembira bagi orang-orang yang bahagia, yakni mereka yang beriman kepada Allah Ta’ala, membenarkan para Rasul, melaksanakan apa yang diperintahkan, lalu mereka pun melakukan amal sholeh, bahwa sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada mereka karena keimanan mereka.
Semoga Allah menguatkan hati kita untuk senantiasa mengisi hari-hari kita di dunia ini, selamanya untuk terus beramal sholeh. Aamiin.
No comments:
Post a Comment