Monday, 25 September 2017

Inilah Madu yang Allah Berikan Kepada Hamba di Akhir Hayatnya

Tanda Allah memuliakan hamba-Nya adalah dengan memberikan nikmat agama untuknya. Salah satu bentuknya, Allah memberinya ilham dan taufiq untuk berbekal ketaatan dan amal shalih sebelum wafatnya. Ini tanda husnul khatimah yang paling kuat.

Saat Allah memberi kepada seorang hamba -sebelum wafatnya- taufiq untuk menjauhi perbuatan yang membuat Allah murka, bertaubat dari dosa-dosa dan maksiat-maksiat, menjalankan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, lalu ia meninggal setelah itu, maka ia meninggal dalam keadaan baik. Inilah husnul khatimah. Inilah yang disebut madu dari Allah untuk hambanya yang Allah kehendaki kebaikan untuknya. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَلَهُ، قِيلَ وَمَا عَسَلُهُ، قَالَ يَفْتَحُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ عَمَلًا صَالِحًا قَبْلَ مَوْتِهِ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ

“Apabila Allah ‘Azza wa Jalla menghendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Allah beri madu untuknya? Kemudian ditanyakan kepada beliau: apa maksud Allah memberinya madu? Beliau menjawab: Allah ‘Azza wa Jalla membukakan amal shalih untuknya lalu mewafatkannya di atas kondisi itu.” (HR. Ahmad dalam musnadnya, dan dishahihkan A-lAlbani di Shahih Al-Jaami’)

Al-Munawi menjelaskan hadits ini, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan amal shalih yang Allah rizkikan kepada seorang hamba dengan madu. Di mana madu adalah makanan bagus yang membikin manis segala sesuatu yang diberi madu dan menjadi lebih bagus jika ditambah madu.” (Al-Taisir bi Syarh Jaami’ al-Shaghiir: 1/126)

Yakni, Allah berikan taufiq kepada hamba tersebut untuk beramal shalih menjelang wafatnya. Amal tersebut menjadi pujian mulia untuk dirinya. Orang-orang di sekitarnya mengenalnya sebagai orang baik. Amal shalih tersebut menjadi seperti madu bagi orang tadi sebagaimana madu yang menjadikan satu makanan menjadi manis dan sehat apabila dicampur padanya.

Ini seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba maka Allah memperkerjakannya?” Beliau ditanya tentang maksudnya. Lalu beliau bersabda,

يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ

“Dibukakan amal shalih untuknya menjelang wafatnya sehingga orang-orang yang disekitarnya ridha kepada dirinya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syaikh Al-Albani di Shahih al-Targhiib)

Dalam riwayat lain di Musnad Ahmad, dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidz. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Al-Shahihah, no. 1334)

Dalam redaksi lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan serupa,

يَهْدِيهِ اللَّهُ عز وجل إِلَى الْعَمَلِ الصَّالِحِ قَبْلَ مَوْتِهِ، ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَى ذَلِكَ

“Allah ‘Azza wa Jalla memberinya hidayah mengerjakan amal shalih sebelum wafatnya, lalu mencabut nyawanya di atas kondisi tersebut.” (HR. Ahmad)

Hadits-hadits ini bagian dari jawami’ kalim (kalimat ringkas penuh makna) dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang memiliki arti sangat agung untuk menutrisi hati agar lebih cinta kepada Allah dan mengamalkan agama-Nya. Dengan sebab ini seseorang akan mulia hidupnya. Di dunia, dicintai hamba-hamba Allah yang mulia. Dikenal sebagai orang baik dan meraih husnul khatimah. Semetara di akhirat, ia akan mendapatkan ampunan, rahmat, kemuliaan, surga dan keridhaan Allah Subahanahu wa Ta'ala.

Baca Juga :
Keajaiban Gunung dalam Al-Qur’an
Peristiwa Penting di Bulan Syawal
40 Ribu Orang Masuk Islam Setelah Penghina Nabi Muhammad Tewas Digigit Anjing
Peristiwa Penting Dalam Bulan Rabiul Akhir
Keajaiban Ucapan Bismillah

Mengenal Pohon Thuba di Surga, Untuk Siapa?

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Beberapa nash syar’i menyebutkan tentang nama pohon di surga, seperti pohon anggur, kurma, delima, dan lainnya. Salah satu namanya yang disebutkan dengan tegas adalah Thuba. Pohon terbesar yang ada di sana. Sangat rindang dan begitu indah. Terbuat dari emas. Darinya, pakaian ahli surga terbuat. (HR. Ibnu Hibban)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : وَظِلٍّ مَمْدُودٍ(

“Sesungguhnya di dalam surga terdapat pohon yang dilewati oleh penunggang kuda selama seratus tahun tapi ia tak keluar dari naungannya. Bacalah jika kalian mau, “Dan naungan yang terbentang luas” [QS. Al-Waqi’ah: 30].” (HR. Al-Bukhari)

Dalam Shahihaih, dari Abu Sa’id al-Khudri, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pohon yang dilalui oleh penunggang kuda yang mahir dan sangat kencang selama seratus tahun tapi belum melampuinya.”

Bagi siapakah pohon tersebut?

Secara umum pohon Thuba diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang beriman kepada beliau dan meniti sunnah-sunnahnya, baik ia pernah berjumpa dengan beliau saat hidupnya ataukah tidak. (HR. Ahmad)

Dalam hadits lain juga disebutkan, Thuba disediakan bagi orang yang senantiasa memperbaiki dirinya, sibuk dengan aib dirinya dari mengurusi aib orang lain. Bukan berarti ia tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau mengingkari kemungkaran. Karena ada anggapan di umum, tidak pantas mengurusi aib/kesalahan orang lain apabila ia meihat dalam dirinya masih bercokol aib. Tapi ia memperbaiki dirinya terlebih dahulu lalu berusaha memperbaiki orang lain.

Salah satu kelompok lain yang disebutkan dalam hadits, adalah mereka yang memperbanyak istighfar, sehingga catatan amalnya dipenuhi dengannya.

Dari Abdullah bin Busr Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا

“Keberuntungan (nama untuk surga dan pohon di surga) bagi siapa yang mendapati catatan amalnya berisi istighfar yang banyak.” (HR. Ibnu Majah, al-Nasai dalam al-Kubra, al-Baihaqi dalam al-Syu’ab, Al-Bazzar dan selainnya. Dishahihkan Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 236)

Semoga kita termasuk bagian dari ahlil jannah dan mendapat keberuntungan di akhirat sehingga bisa menikmati keindahan pohon Thuba di sana. Wallahu A’lam.

Rezeki Yang sering Kita Lupakan, Apa Saja?

Hidup bukan soal rezeki bentuk uang atau harta

Yang kerja keras belum tentu mendapat banyak. 
Yang kerja sedikit belum tentu mendapat sedikit.

Karena sesungguhnya sifat Rezeki adalah mengejar, bukan dikejar.

Rezeki akan mendatangi, bahkan akan mengejar, hanya kepada orang yang pantas didatangi....

Maka, pantaskan dan patutkan diri untuk pantas di datangi, atau bahkan dikejar rezeki. 
Inilah hakikat ikhtiar...

Setiap dari kita telah ditetapkan rezekinya sendiri-sendiri. 
Karena ikhtiar adalah kuasa manusia, namun rezeki adalah kuasa Allah Azza Wajalla.

Dan manusia tidak akan dimatikan, hingga ketetapan rezekinya telah ia terima, seluruhnya.

Ada yang diluaskan rezekinya dalam bentuk harta,
Ada yang diluaskan dalam bentuk kesehatan, 
Ada yang diluaskan dalam bentuk ketenangan, keamanan,
Ada yang diluaskan dalam kemudahan menerima ilmu,
Ada yang diluaskan dalam bentuk keluarga dan anak keturunan yang shalih,
Ada yang dimudahkan dalam amalan dan ibadahnya...

Dan yang paling indah, adalah diteguhkan dalam hidayah Islam...

Hakikat Rezeki bukanlah hanya harta,
Rezeki adalah seluruh rahmat Allah SWT

Adapun

8 JENIS REZEKI DARI ALLAH SWT

1.REZEKI YANG TELAH DIJAMIN.

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ 
"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Surah Hud : 6).

2. REZEKI KARENA USAHA.

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).

3. REZEKI KARENA BERSYUKUR.

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Surah Ibrahim : 7).

4. REZEKI TAK TERDUGA.

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Surah At-Thalaq : 2-3).

5. REZEKI KARENA ISTIGHFAR.

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Surah Nuh : 10-11).

6. REZEKI KARENA MENIKAH.

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."
(Surah An-Nur : 32).

7. REZKI KARENA ANAK.

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
(Surah Al-Israa' : 31).

8. REZEKI KARENA SEDEKAH

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].

9. REZEKI KARENA IMAN HIJRAH dan BERJIHAD

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10 تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11 يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12 وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13 (10)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (11) (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (12) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

Amalan Berbonus Rumah di Surga

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah-Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Setiap rumah yang kita tempati sekarang –sebagus apapun itu- akan rusak dan hancur. Sebabnya bisa beragam seperti kebakaran, gempa bumi, longsor, tertabrak kereta dan sebab lainnya. Jikapun rumah kita tetap kokoh maka ia tak akan bisa melindungi kita dari kematian. Inilah rumah kita di kehidupan dunia.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. Al-Nisa’: 78)

Untuk rumah di dunia ini, manusia terus bekerja keras, banting tulang, peras keringat siang-malam. Cari pinjaman sana-sini untuk mengredit rumah sepetak yang lusuh dan tak tahan lama. Padahal rumah tersebut akan fana, hancur, dan usang di makan masa. Atau dengan kemegahannya akan ditinggalkan oleh pemiliknya selama-lamanya.

Kehidupan akhirat pasti kita masuki. Tak satupun manusia bisa mengelak darinya. Di sana ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Orang-orang beriman akan dimuliakan dengan rumah megah lagi indah sesuai dengan tingkat iman dan takwanya. Kenapa kita tidak lebih serius dan sungguh-sungguh berusaha mencari jalan dan mengupayakan sebab untuk memiliki rumah di sana?

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kita tentang sifat-sifat rumah surga yang sangat indah dan bahan bakunya.

لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ دَخَلَهَا يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ لَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُمْ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُمْ

“Bangunannya dari batu bata berupa perak dan emas, adukannya dari minyak wangi kesturi Al-Adzfar, kerikilnya dari mutiara dan permata, kerikilnya dari zakfaron. Siapa yang memasukinya akan merasa nikmat dan tidak akan meninggalkannya, kekal tidak akan mati, pakaiannya tidak kotor dan senantiasa muda tidak akan tua.” (HR. Al-Tirmidzi & Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 3116)

Amal-amal Berbonus Rumah di Surga

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan adanya beberapa amal yang berbonus rumah di surga. Sebagiannya terlihat ringan, sebagian lainnya butuh modal besar, dan sebagian lainnya membutuhkan pengorbanan. Di antara amal-amal tersebut adalah:

1. Membangun masjid karena Allah

Dari Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّه لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّة

“Siapa yang membangun satu masjid untuk Allah maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (Muttafaq ‘alaih)

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا مِنْ مَالٍ حَلَالٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّة

“Siapa yang membangun satu masjid untuk Allah dari harta yang halal maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, al-Thabrani dalam al-Ausath, dan lainnya)

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Siapa membangun masjid karena Allah walau seperti sarang burung atau lebih kecil dari itu maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (HR. Ibnu Majah, al-Bazzar dan Ibnu Hibban. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 6128)

2. Membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali

Dari hadits Mu’adz bin Anas Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ

“Siapa yang membaca Qul Huwallaahu Ahad (Surat Al-Ikhlash) sampai menghatamkannya sebanyak sepuluh kali niscaya Allah bangunkan untuknya intana di surga.” (HR Ahmad dari Mu’adz bin Anas al-Juhani & dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 589)

3. Memuji Allah dan beristirja’ saat diuji dengan kematian anak

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada MalaikatNya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?” Mereka berkata, “Ia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’ (Innaa Lilaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namai ia Rumah Pujian.” (HR. Al-Tirmidzi dan beliau menghassankannya , juga dihasankan oleh Syaikh Al AlBani di Shahih al-Jami’)

4. Membaca doa masuk pasar

Dari Umar bin al-Khathab Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa masuk pasar lalu ia mengucapkan, “Laa Ilaaha Illallaahu wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu, Yuhyii, Wayumiitu, Wahuwa Hayyun Laa Yamuutu, Biyadihil Khairu, Wahuwa ‘alaa Kulli Syai-in Qadiir” niscaya Allah menuliskan baginya sejuta kebaikan, menghapuskan darinya sejuta kejelekan, mengangkat derajatnya hingga sejuta derajat, dan membangunkan untuknya rumah di surga”." ( HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan)

. . . Kenapa kita tidak lebih serius dan sungguh-sungguh berusaha mencari jalan dan mengupayakan sebab untuk memiliki rumah di akhirat?. . .

5. Menutup celah barisan shaf shalat

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَ رَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً

“Siapa menutup celah (pada barisan shalat) niscaya Allah bangunkan untuknya rumah di surga dan mengangkat derajatnya dengan perbuatannya itu.” (HR. Al-Muhamili dalam Amaalinya dan dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 1892)

6. Menjaga shalat-shalat sunah rawatib dua belas rakaat

Dari Ummu Habibab Radhiyallahu 'Anha, berkata: Aku Mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda,

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Siapa yang shalat 12 rakaat dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)

Shalat 12 raka’at itu adalah empat rakaat sebelum Dzuhur & dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits ‘Aisyah dalam Sunan al-Tirmidzi dan Ibnu majah.

7. Iman, islam, hijrah dan berjihad fi sabilillah

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ

“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tinggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk Islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi.Barangsiapa yang melakukan itu, ia tidak membiarkan satupun kebaikan, dan lari dari semua keburukan, ia meninggal, di mana saja Dia kehendaki untuk meninggal.” (HR. Al-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani rahimahullah).

8. Menghindari debat walaupun dalam posisi yang benar

9. Meninggalkan dusta dalam becanda

10. Berakhlak mulia

Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَه

“Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam posisi yang benar, juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa saja yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani menghassankannya di Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1648)

Inilah beberapa amalan yang diberitakan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berbonus rumah di surga. Orang hidup pasti menginginkan tempat tinggal yang indah, megah, sejuk, dan nyaman. Maka untuk kehidupan yang kekal di akhirat hendaknya lebih semangat memiliki rumah idaman tersebut. Tentunya rumah-rumah itu membutuhkan pernak-pernik dan perhiasannya; dari kamar dan ruangan, perbendaharaan dan perhiasannya, serta pepohonannya. Dan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam teleh menjelaskan amal-amal untuk menyempurnakannya, sebagaimana yang sudah kami tuliskan terdahulu. Wallahu a’lam.

Thursday, 14 September 2017

Agar Senantiasa Istiqomah di Jalan Allah

Dalam kehidupan yang semakin modern dan berkembang ini, kita dihadapkan pada gejala fakta fatamorgana, dimana sesuatu yang baik dan benar dianggap asing dan dipandang miring. Maka kewajiban setiap muslim beristiqamah untuk menjaga amalan-amalan sunnah maupun wajib. Melaksanakan semua perintah Allah Swt dan Rasul-Nya serta menjauhi segala larangannya sejauh-jauhnya. Karena kita tahu bahwasannya maut menjemput bisa dimana saja dan kapan saja. Lantas apakah kita mau mati dengan su’ul khotimah? Sebagai seorang muslim pastilah husnul khotimah sebagai impian tertinggi pada kehidupan yang fana ini.

Istiqomah adalah upaya seseorang untuk menempuh ajaran agama islam yang benar dengan tidak berpaling ke kanan maupun ke kiri. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan kepada Allah lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

Ada beberapa kiat untuk senantiasa istiqomah dalam beribadah maupun muamalah.

Niat ikhlas beraktivitas sesuai ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya

Ini sebagai upaya utama kita tatkala aktivitas di setiap masa. Sebagai tolok ukur pertama dalam beribadah dan bermuamalah. Sebagai dasar pijakan untuk melakukan amalan-amalan yang telah diajarkan. Dengan niat yang lurus nan tulus, di iringi ikhlas tanpa memelas sebagai seorang muslim ingin berjumpa pada yang Maha Pencipta dalam keadaan bahagia.

Memperbaiki niat kita supaya tidak terlewat karena godaan kanan kiri yang memikat. Satukan hati dan pikiran hanya pada-Nya kita berdzikir sehingga sifat-sifat tercela tak akan terpikir. Dengan niat yang baik dan benar akan diperoleh kebaikan dan balasan yang telah dijanjikan, hanya kepada Allah Swt, niat tulus kita haturkan untuk mendapatkan kenikmatan dalam segala kesibukan.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (١١٢)

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) di jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“. (QS. Hud : 112)

Hendaknya seorang muslim membersihkan hatinya dari sifat ingin dipuji atau tujuan duniawi saat melakukan amalan-amalan ketaatan kepada-Nya. Dalam suatu hadist disebutkan :

“Sesungguhnya ada salah seorang di antara kalian yang ia beramal dengan amalan penduduk surga sampai-sampai jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu jengkal, akan tetapi taqdir telah mendahuluinya sehingga iapun beramal dengan amalan penduduk neraka, akhirnya iapun masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim no 4781)

Memperbanyak do’a kepada Allah Swt agar senantiasa diberikan keistiqamahan

Do’a adalah senjata setiap muslim yang paling mutakhir. Tanpa rasa lelah kita memohon kepada Allah Swt untuk senantiasa tetap pada jalur istiqamah yang murni, yang setiap amalan kita tidak ada yang terbuang sia-sia karena sikap riya’ sekecil biji sawi pun. Kita berdoa agar senantiasa dijauhkan dari hati berbisik kepada kejelekan dan kemungkaran. Oleh karena itu sepantasnya seorang muslim berdoa agar dikokohkan hati pada ketaqwaan dan keimanan. Do’a yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah :

Do’a agar kita tetap istiqomah dalam memegang teguh agama islam yang sesuai dengan syari’at yang benar.

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]

يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك

Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu” [HR. Muslim (no. 2654)]

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)
Memantapkan keteguhan hati untuk berusaha mengingat-ingat kemuliaan orang yang beristiqomah.

Perjuangan dalam kebaikan dan ketaqwaan sangat besar, tentunya suatu pengorbanan akan disertai balasan yang menggiurkan, meskipun balasan tersebut jauh dari mata memandang, jauh dari pikiran yang menerawang, namun kita sebagai seorang muslim harus teguh pendirian, kuat dalam keimanan, hingga Allah Swt memberikan balasan yang mulia sebab keistiqomahan kita.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٣) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٤(

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al Ahqaf : 13-14)

Mendapatkan teman yang mengajak kebaikan

Kita bisa melihat sikap seseorang dari faktor siapa teman dia, jika seorang teman mengajak kebaikan, itu sebagai modal awal dan dasar kita untuk teguh dalam istiqomah, dia akan selalu mengingatkan dan mengorbankan waktu demi kebaikan dalam amalan-amalan, namun sebaliknya jika kita memilih teman yang mengajak kejelekan, niscaya kita akan dapatkan pada jalur kemungkaran sehingga kita mudak terperosok pada jurang kemaksiatan.

Sudah sering kita mendengar hadits yang masyhur dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang gambaran teman yang baik dan teman yang buruk, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan teman yang baik sebagai penjual minyak wangi dan teman yang buruk sebagai tukang pandai besi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“ Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Tentang si penjual minyak wangi, kalau engkau tidak membeli minyak wanginya maka engkau akan medapatkan bau wanginya. Adapun tentang si tukang pandau besi, kalau engkau atau bajumu tidak terbakar maka engaku akan mendapatkan bau yang tidak enak.” (HR. Bukhori, no 1959).

Membaca siroh Nabawiyah menambah pengalaman dalam beristiqomah

Dunia fana penuh tokoh yang dijadikan idola, dalam realita seseorang akan mengikuti gaya dan model kepada yang ia idolakan. Sehingga kebanyakan orang membanggakan idola mereka meskipun itu bersifat tercela. Dan sifat mereka akan mempengaruhi setiap amalan-amalan yang mereka lakukan bahkan telah kerasukan virus artisme yang memandang hidup ini penuh kemewahan dan bersenang-senang.

Lantas, siapakah tauladan kita yang seharusnya patut dan pantas dicontoh oleh setiap muslim? Rasulullah SAW telah diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlaq, dari kejelekan menuju kebaikan, dari kemaksiatan beralih pada ketaqwaan, dari kemungkaran berubaha keistiqomahan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)

Memperbanyak bacaan para sahabat yang sangat keras dalam memperjuangkan islam dapat menumbuhkan sikap optimis kita dalam beramal, mengobarkan sikap gigih kita dalam keistiqomahan dan memberikan makna kebahagiaan dalam kehidupan kita.

Dalam beramal tak hanya mengandalkan jiwa dan pikiran, lebih dari itu hati yang tulus menjadi pondasi setiap amalan menggapai keistiqomahan. Hingga suatu saat balasan dari kemuliaan kita dapatkan dari Allah Yang Maha Penyayang. Amin

Tuesday, 12 September 2017

5 Keutamaan Manisnya Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah adalah satu konsepsi Islam yang menyatakan bahwa setiap Muslim dengan Muslim lain hakikatnya ialah bersaudara. Banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang menjadi landasan konsep ini. Bahkan dalam beberapa keterangan kerap sekali kata “ukhuwah” atau turunannya digandengkan dengan kata “iman”, “Islam” atau “mukmin”.

Hal ini mengindikasikan bahwa ukhuwah merupakan salah satu parameter utama keimanan dan keislaman seseorang.

Ukhuwah merupakan salah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah , yakni pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.

Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam. membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam di muka dunia kurang dari setengah abad.

Buku-buku sejarah menceritakan kepada kita bahwa kaum Anshar sangat bahagia menerima tamu Muhajirin, hingga mereka berlomba-lomba untuk dapat menerima setiap sahabat Muhajirin yang sampai di Yatsrib (Madinah). Karena para Anshar saling bersaing dan berlomba untuk dapat menerima sahabat Muhajirin hingga mereka harus diundi untuk menentukan siapa yang menang dan dapat giliran menerima tamu Muhajirin. Ini sungguh terjadi hingga disebutkan bahwa tidaklah seorang Muhajirin bertamu ke Anshar kecuali dengan undian.

Mungkin kita akan berdecak kagum dengan sikap unik para sahabat Anshar ini yang kita tidak mampu berbuat seperti mereka, mungkin kita juga bertanya apa yang membuat mereka bisa sampai seperti itu, tindakan mereka di luar batas kemampuan manusia?

Al-Quran telah menjawab pertanyaan-pertanyaan kagum kita, Al-Quran telah menjelaskan rahasia yang mendorong para Anshar melakukan itsar luar biasa walaupun keadaan mereka yang sangat fakir dan juga sangat membutuhkan. Allah SWT berfirman memuji mereka:

والذين تبوءوا الدار والإيمان من قبلهم يحبون من هاجر إليهم ولايجدون في صدورهم حاجة مما أوتوا ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة.. (الحشر: 9).

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan menempati keimanan (beriman) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Ukhuwah, taakhi, cinta, dan itsar sejatinya syarat kebangkitan dan kemenangan, itulah strategi pertama yang ditempuh oleh Rasullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam dengan mempersaudarakan sahabat Anshar dan Muhajirin dan membangun masjid tempat membina persaudaraan dan persatuan kaum Muslimin.

Risalah ini juga dilanjutkan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam membangun komunitas dan gerakan yang kuat, menjadikan persatuan sebagai senjata, dan taaruf saling mengenal sebagai asas dakwah.

Ukhuwah tak bisa dibeli dengan apa pun. Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara ikatan hati dan hati serta karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang shaliih. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“المؤمن إلف مألوف، ولا خير فيمن لا يألف ولا يؤلف”

“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi yang tidak hidup rukun dan harmonis.”

Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat mana pun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akat tetap kokoh. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا”

“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Bukhari)

Halim Mahmud menuliskan dalam bukunya yang berjudul Fiqh Al-Ukhuwah fi Al-Islami,“Orang-orang yang berukhuwah dalam Islam harus saling mengokohkan kekuatan satu sama lain dalam skala dunia Islam dengan melakukan perencanaan, koordinasi, dan segala persiapan yang mesti dilakukan. Kemenangan itu tidak lain hanyalah dari sisi Allah. Dia akan menolong dan memenangkan siapa saja yang di kehendaki-Nya. Dia Maha Perkasa lagi Penyayang.”

Keutamaan Ukhuwah Islamiyah

Dari ukhuwah Islamiyah lahir banyak keutamaan, pahala, dampak positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

Mereka merasakan buah dari lezatnya iman. Sedangkan selain mereka, tidak merasakannya. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“ثلاثة من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا الله، وأن يكره أن يعود إلى الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يُقذف في النار”

“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)

Mereka berada dalam naungan cinta Allah, Di akhirat Allah SWT berfirman,

“أين المُتحابُّون بجلالي، اليومُ أُظِلُّهم في ظلي يوم لا ظلَّ إلا ظِلي”

“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam. bersabda,

“إن رجلاً زار أخًا له في قرية أخرى، فأرصد الله تعالى على مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال: أريد أخًا لي في هذه القرية، قال: هل لك من نعمة تَرُبُّها عليه؟ قال: لا، غير أنني أحببته في الله تعالى، قال: فإني رسول الله إليك أخبرك بأن الله قد أحبَّك كما أحببْتَه فيه”

“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim)

Mereka adalah ahli Syurga di akhirat kelak. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallambersabda,

“من عاد مريضًا، أو زار أخًا له في الله؛ ناداه منادٍ بأنْ طِبْتَ وطاب مَمْشاكَ، وتبوَّأتَ من الجنةِ مَنْزِلاً”

“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan mendekatkan diri kepada Allah.

وقد سُئل النبي صلى الله عليه وسلم عن أفضل الإيمان، فقال: “أن تحب لله وتبغض لله…”. قيل: وماذا يا رسول الله؟ فقال: “وأن تحب للناس ما تحب لنفسك، وتكره لهم ما تكره لنفسك”

Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri)

Diampuni dosanya oleh Allah. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda,

“إذا التقى المسلمان فتصافحا، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة

“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.”

Persaudaraan yang terjaga dengan tali Allah merupakan kenikmatan yang diberikan Allah atas jamaah Muslimah; yaitu nikmat yang diberikan bagi mereka yang dicintai dan dikehendaki Allah dari hamba-hamba-Nya. Hal ini mengingatkan kepada kita akan nikmat yang begitu besar, dan mengingatkan kita bagaimana kita sebelumnya dalam keadaan jahiliyah dan saling bermusuhan.

Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki permusuhan antara kaum Aus dan Khazraj di kota Madinah sebelum Islam. Namun setelah masuk Islam, Allah menyatukan hati di antara mereka. Tidak ada solusi sedikit pun kecuali Islam yang dapat menyatukan hati yang beragam bentuknya, tidak ada yang terjadi kecuali karena tali Allah yang dapat menyatukan mereka menjadi saudara, dan tidak mungkin hati-hati itu akan bersatu kecuali karena ukhuwah fillah.

Friday, 8 September 2017

Sejarah Islam di Rusia

Muslim Rusia tidak hanya berasal dari kalangan imigran. Islam memang telah memiliki akar panjang di negara itu. The State and Stakes of Islam "From" Russia, karya Xavier Le Torrivellec menyebutkan, sejarah Islam di Rusia telah berumur kurang lebih 1300 tahun.

Pertengahan abad ke-7, ekspansi Islam mencapai Kaukasus. Kota Derbent di Dagestan ditaklukkan pada 642 M di bawah pimpinan Abdurrahman bin Rabiah. Mereka mencapai Rusia setelah menaklukkan Persia dan Yerusalem. 

M Aji Surya, diplomat Indonesia yang lama bertugas di Moskow, menambahkan, keberadaan Islam selama berabad-abad menunjukkan agama ini memiliki posisi strategis dalam konstelasi politik, keagamaan, dan budaya Rusia. "Islam dan Rusia adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam perspektif sejarah," tulis alumni Pondok Modern Gontor ini dalam Geliat Islam di Rusia.

Di Rusia, Islam diadopsi secara resmi oleh negara Volga Bulgar (sekarang Tatarstan) pada 922, sementara Ortodoks baru diadopsi 988. Jadi, Islam di Rusia lebih tua dibandingkan Gereja Ortodoks Rusia yang kini mayoritas. Rusia baru menganut Ortodoks pada masa Pangeran Agung Vladimir berkuasa pada akhir abad ke-10.

Aji menjelaskan, meletusnya Revolusi Bolshevik 1917 di bawah pimpinan Vladimir Ilyich Lenin membawa perubahan serius di kawasan ini. Lebih luas lagi, dalam percaturan politik dunia. Komunisme menjadi paham utama. Lenin kemudian digantikan oleh pemerintahan diktator Josef Stalin yang mewujudkan Uni Soviet. Kejayaan era komunis bertahan selama lebih tujuh dekade di negara itu.

Islam surut saat komunisme meraja di negara tersebut. Hampir seluruh warisan budaya Muslim Rusia mengalami kehancuran. Masjid ditutup, karya sastra dibakar, sedangkan ulama dibunuh. Praktik keagamaan sangat sulit. Tidak hanya di Rusia, wilayah-wilayah lain yang menjadi bekas koloni Soviet mengalami nasib serupa.

Uni Soviet runtuh pada Desember 1991 setelah Mikail Gorbachev mengundurkan diri. Sejumlah negara bagian, seperti Kirgistan, Uzbekistan, Azerbaijan, Tajikistan, dan negara-negara tetangga, memperoleh kemerdekaan. Rusia menjadi pewaris terbesar tata pemerintahan dan geografis Uni Soviet.

Baca Juga :
Kemuliaan untuk Membangun Gaya Hidup Sederhana
Dahsyatnya Pengaruh Air dalam Al-Quran
Keutamaan Membaca Bismillah Sesuai Tuntunan Islam
4 Tuntunan Al-Qur’an Untuk Jadi Orangtua Idaman
Bahaya Riya' Dan Cara Mengobatinya

Bersahabat dengan Orang Saleh

Berkawan dengan orang saleh memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Jika kita ingin berbuat maksiat, ada lingkungan yang mengingatkan dan menjaga kita. Sehingga, kita pun mengurungkan niat perbuatan buruk tersebut. Beberapa ulama bahkan mewajibkan hukumnya berteman dengan orang saleh.

Ada berjuta keuntungan berkawan dan bersaudara dengan orang saleh. Menyapanya dengan senyum saja sudah dihitung ibadah oleh Allah SWT. Berkawan dengan orang saleh juga akan menderaskan rezeki makhluk. “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan terus diingat namanya setelah mati, sambunglah tali silaturahim.” (HR Bukhari).

Islam juga hadir dengan segala kemungkinan persaudaraan. Dalam berkawan, layaknya hubungan suami istri, kadang dilanda ujian persahabatan, tak jarang diberi nikmat ukhuwah yang menguat. Saat ujian persaudaraan hadir, Islam pun memberikan kaidah yang mulia.

“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam: masing-masing memalingkan muka dari yang lain saat keduanya bertemu dan orang terbaik dari keduanya adalah yang memulai ucapan salam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Seberat apa pun ujian ukhuwah, Islam memberikan waktu tiga malam untuk masing-masing diri introspeksi. Persaudaraan begitu sangat dihargai dalam agama ini. Janganlah berlarut-larut dalam bermusuhan. Bukankah kebersamaan lebih menyenangkan?

Dalam kesempatan lain, Sang Nabi menganjurkan berbagi dengan tetangga. Bahkan, berbuat baik dengan tetangga menjadi salah satu indikator keimanan seseorang. Tetangga yang bisa jadi bukan kerabat kandung ternyata memiliki peran yang amat krusial. “Demi yang jiwaku berada di genggaman-Nya, tidaklah sempurna iman seorang hamba sampai ia mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lantas jika ukhuwah, persaudaraan, dan pertemanan ini bernilai besar di mata Allah dan Rasul-Nya, masihkah kita tak meletakkan persahabatan atas dasar materi saja?

Baca Juga :
Bagaimana Islam Memandang Kekayaan?
Hikmah dan Keutamaan Sujud
Hikmah dan Keutamaan Surat Al-Fatihah
Gerakan Sholat Berjamaah
Adab Bertamu Dan Menerima Tamu Dalam Islam

Kekuasaan Allah Dalam Menciptakan Serangga

Banyak hal yang dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan harinya dalam rumah. Ketika sedang membersihkan rumah, ia menjumpai seekor laba-laba yang merajut sarangnya di sebuah sudut rumah tersebut. Jika ia menyadari keharusan untuk memikirkan binatang yang seringkali tidak dihiraukan orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu pengetahuan telah dibuka untuknya.

Serangga kecil yang sedang disaksikannya adalah sebuah keajaiban. Sarang laba-laba tersebut memiliki bentuk simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap seekor laba-laba yang mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah disain sempurna yang sedemikian menakjubkan.

Setelah itu ia membuat sebuah pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang digunakan laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan ketebalan yang sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki mutu yang demikian tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan jaket anti peluru.

Sungguh luar biasa, sarang laba-laba yang dianggap sederhana oleh kebanyakan manusia, ternyata terbuat dari bahan yang mutunya setara dengan bahan industri paling ideal di dunia. Ketika menyaksikan disain yang sempurna pada makhluk hidup di sekitarnya, manusia terus menerus berpikir hingga kemudian mendorongnya untuk menemukan lebih banyak fakta-fakta yang menakjubkan.

Ketika mengamati sebuah lalat yang setiap saat dijumpainya namun belum pernah diperhatikannya atau bahkan merasa sangat terganggu dan ingin sekali membunuhnya, ia melihat bahwa serangga tersebut memiliki kebiasaan membersihkan diri sampai bagian-bagian yang terkecil dari tubuhnya sekalipun.

Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat ini membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihannya.

Semua lalat dan serangga membersihkan tubuh mereka dengan cara yang sama dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan adanya satu-satunya Pencipta yang mengajarkan kepada mereka cara membersihkan diri mereka sendiri. Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak satupun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan yang luar biasa ini.

Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap, otot ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan. Lalat dapat terbang ke arah manapun tanpa terpengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling mutakhir sekalipun, manusia masih belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana lalat. Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu mendapat perhatian manusia, dapat melakukan pekerjaan yang tak mampu dilakukan manusia.

Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya. Segala sesuatu yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata di dalamnya terdapat kehidupan, baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu sentimeter persegi pun di bumi ini yang di dalamnya tidak terkandung kehidupan.

Manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan adalah makhluk yang mampu dilihat oleh manusia. Namun, masih ada makhluk-makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia akan tetapi manusia sadar akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang penuh dengan makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut “tungau”. Demikian pula halnya dengan udara yang ia hirup, di dalamnya mengandung virus yang tak terhingga banyaknya, atau tanah kebunnya yang mengandung bakteri yang sangat banyak.

Seseorang yang merenung tentang keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan di bumi, akan mengetahui kesempurnaan makhluk-makhluk ini. Tiap makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda keagungan karya seni ciptaan Allah, demikian pula halnya dengan keajaiban luar biasa yang tersembunyi dalam makhluk-makhluk mikroskopis tersebut.

Virus, bakteri ataupun tungau yang tidak terlihat oleh mata telanjang memiliki mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara makan, sistem reproduksi dan pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah. Seseorang yang memikirkan secara mendalam tentang fenomena ini teringat ayat Allah: “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Ankabuut, 29: 60).

Saat Oksigen Dikisahkan Dalam Al Quran

Oksigen sangat dibutuhkan oleh manusia, bahkan hewan pun membutuhkan oksigen. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa, dan bahkan merupakan unsur paling melimpah di kerak Bumi.

Makhluk hidup perlu oksigen, ini membuktikan oksigen sangat penting. Maka tak heran bila Allah Ta’ala mengisahkan oksigen dalam Alquran.

Oksigen secara terpisah ditemukan Carl Wilhelm Scheele di Uppsala tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Beberapa tahun setelahnya, istilah oksigen diciptakan Antoine Lavoisier tahun 1777 karena eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston tentang pembakaran dan korosi yang terkenal.

Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Namun, oksigen hanya melimpah di Bumi saja dan sangat jarang ditemui di planet lain. Matahari hanya mengandung 0,9 persen oksigen, Mars hanya memiliki 0,1 persen oksigen dan Venus bahkan memiliki kadar konsentrat yang lebih rendah.

Hal itu disebabkan oksigen yang berada di planet-planet selain Bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida. Inilah alasannya mengapa membawa oksigen dalam perjalanan ke luar angkasa merupakan suatu kemestian.

Hal ini diterangkan dalam Alquran, “Siapa yang dikehendaki Allah menunjukinya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk Islam. Siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (QS al-An’am [6]: 125).

Bagaimanakah Alquran mengemukakan sebuah teori bahwa di luar angkasa kadar oksigen sangatlah kurang? Padahal dalam ilmu pengetahuan ilmiyah, istilah oksigen baru saja ditemukan tahun 1773. Tentu saja itu bukan suatu yang mustahil bagi orang yang mengimani bahwa Alquran merupakan kalamullah. Alquran adalah perkataan Rabb yang menciptakan oksigen, tata surya, dan alam semesta ini.

Lebih lanjut lagi, Alquran juga membahas bagaimana oksigen bisa terbentuk. Ilmu pengetahuan modern mengatakan, oksigen dihasilkan oleh fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Tanpa adanya tanaman yang berfotosintesis, oksigen akan lenyap dari bumi. Itu pulalah alasannya mengapa hutan-hutan di bumi disebut paru-paru dunia.

Dalam Alquran disebutkan, “Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan pohon itu atau Kami yang menjadikannya?” (QS al-Waaqi’ah [56]: 71-72).

Dalam ayat ini, mengapa Allah SWT menyebutkan kata “pohon” (syajarah) bukan disebut kayu (khusyub)? Biasanya orang menyalakan api dari kayu, bukan pohon. Lalu, apa pula kaitannya antara menyalakan api dan pohon?

Alquran menyatakan sebuah rumus fisika yang saat ini dikenal dalam ilmu pengetahuan modern, “6CO2 + 6H2O + sinar matahari + klorofil = C6H12O6 + 6O2.” Alquran menjelaskan, terbentuknya oksigen berasal dari sinar matahari, karbon dioksida, dan klorofil yang berasal dari pohon untuk melakukan fotosintesis. Salah satu unsur terbentuknya oksigen diperlukan kehadiran pohon yang hidup.

Tahapan selanjutnya, bisakah api menyala tanpa adanya oksigen? Jawabannya tentu saja tidak. Inilah dimaksudkan dalam ayat ini. “Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan?” (QS al-Waaqi’ah [56]: 71).

Ayat ini langsung bersambung dengan pertanyaan Allah SWT, “Kamukah yang menjadikan pohon itu atau Kami yang menjadikannya?” (QS. Al-Waaqi’ah [56]: 71-72).

Allah SWT ingin menyampaikan bahwa oksigen sebagai unsur yang menjadikan terbentuknya api tersebut berasal dari pohon. Tanpa adanya fotosintesis dari pohon-pohonan, tak akan ada zat yang bernama oksigen. Siapakah yang menumbuhkan pohon tersebut? Tentu hanya Allah SWT yang bisa.

Lebih rinci lagi, Allah SWT juga menjelaskan proses terbentuknya oksigen secara lebih mendalam dalam surah Yasin [36]: 80. “Yaitu, Rabb yang menjadikan untukmu api dari pohon yang hijau. Maka, tiba-tiba kamu nyalakan daripadanya.”

Ayat ini bercerita tentang warna pohon, yaitu akhdar (hijau). Ilmu pengetahuan modern menyebut zat hijau daun dengan istilah klorofil, yaitu aktor yang melakukan fotosintesis pada tumbuhan. Tanpa klorifil, tumbuh-tumbuhan tak akan mampu berfotosintesis dan selanjutnya menghasilkan oksigen.

Istilah fotosintesis baru dikumandangkan oleh ilmuwan modern pada abad ke-18. Namun, cara kerja dan urgensi dari fotosintesis ini sudah diterangkan Alquran 15 abad yang lalu.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai bagaimana Allah mengisahkan Oksigen dalam Al-Quran. Tanpa adanya oksigen, kita semua tidak bisa hidup di dunia ini. Betapa besarnya nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita, jadi sudah sepatutnya bila kita terus mengucap syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Baca Juga :
Mengambil Pelajaran Dari Perang Uhud
Definisi dan Pengertian Sukses Menurut Islam
Al-Qur’an Berbicara Tentang Keajaiban Air
Keistimewaan Menjenguk Orang Sakit Dalam Islam
Masyaallah, Ternyata Surat Al-Mulk Memiliki Faedah Luar Biasa

Wednesday, 6 September 2017

Istiqamah pada Jalan Agama di Zaman Fitnah

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang jujur didustakan, amanat diberikan kepada penghianat, orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah turut berbicara. Rasulullah lalu ditanya: Apakah ruwaibidhah itu? Ia menjawab: Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” ~Riwayat Ibnu Majah~

Fenomena akhir zaman

Sejak teknologi internet kian berkembang secara luas, pola interaksi dan komunikasi di antara manusia semakin mudah. Seolah tanpa sekat, teknologi tersebut kini menembus ruang dan waktu dalam kehidupan manusia. Dampaknya, kini manusia begitu mudah mengakses setiap berita dan bahan yang dibutuhkan. Bahkan tak sedikit informasi justru yang datang sendiri tanpa dicari. Ia begitu saja mampir di dinding atau grup-grup media sosial (medsos) yang ada.

Masih segar dalam ingatan, sebuah berita yang mampir di sebuah grup percakapan yang penulis ikuti. Dalam berita tersebut terlampir pula foto seorang jenazah perempuan yang dikabarkan wafat akibat musibah crane di wilayah Masjidil Haram, beberapa waktu silam. Dalam foto, digambarkan sang wanita meninggal dalam keadaan tersenyum.

Dengan perasaan iba bercampur takjub, tanpa pikir panjang penulis ikut membagi (share) berita sekaligus foto itu seraya berharap bisa mendapat kebaikan yang sama, meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

Hanya selang sesaat, tiba-tiba dan tanpa diminta pula, sebuah berita berbeda mampir kembali menghiasi layar smartphone penulis. Kali ini dengan berita sebaliknya. Bahwa berita dan foto jenazah perempuan asal salah satu warga Malaysia hanya hoax alias kabar bohong. Sebab, foto itu adalah acara pelatihan merawat jenazah di salah satu Negara bagian Malaysia.

Istiqamah dalam Beragama

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ummayah asy-Syabani, ia berkata: “Aku pernah mendatangi Abu Tsa’labah al-Khusyani dan bertanya kepadanya: Bagaimanakah mengamalkan ayat ini? Ia lalu balik bertanya: Ayat yang mana? Aku berkata: Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Surah al-Maidah [5]: 105). Ia menjawab: Demi Allah, sesungguhnya aku telah menanyakan hal itu kepada orang yang benar-benar mengerti. Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka Nabi menjawab: Bahkan hendaklah kalian saling menyuruh berbuat makruf dan saling mencegah kemungkaran, sehingga jika engkau melihat kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang diutamakan, dan kekaguman setiap orang kepada pendapatnya. Hendaklah engkau menjaga dirimu sendiri dan tinggalkanlah orang-orang awam, karena di belakang kalian masih ada hari-hari yang panjang. Orang yang sabar di dalam hari-hari itu tidak ubahnya seperti orang yang menggenggam bara api.” (Riwayat at-Tirmidzi).

Jauh hari, rupanya Rasulullah telah memberi petunjuk terang kepada umat Islam bagaimana menyikapi persoalan fitnah akhir zaman tersebut. Saat di mana sebuah keburukan bisa terlihat baik dengan bungkus yang menarik. Saat manusia begitu sulit memilah antara yang halal ataupun yang haram. Oleh Nabi, umat Islam lalu diajari dan diberi panduan, tetaplah istiqamah kepada ajaran agama. Kenalilah semuanya dengan cara mengembalikan persoalan kepada al-Qur’an, kembali ke al-Hadits, ijma’, kita ikuti ulama-ulama, insyaAllah, kita tak akan pernah menjadi orang bingung .

Akhir kata, mari kita semua bersyukur sebagai seorang Muslim atas karunia iman dan Islam ini. Di saat fitnah akhir zaman kian canggih mengganas, kita juga patut bersyukur karena hari ini mushaf dan tafsir al-Qur’an serta kitab-kitab al-Hadits begitu mudah didapat. Penjelasan para ulama tentang sebuah persoalan begitu gampang diakses dan dibaca. Sebab, tak ada agama manapun di dunia yang mengatur kehidupan; dari urusan WC hingga bernegara, bahkan tanda-tanda kiamat, kecuali agama kita, agama Islam yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.

Namun, satu pertanyaan yang tersisa, adakah kita mau mempelajarinya? Atau sekedar menjadikannya pajangan di lemari-lemari buku di rumah. Adakah kita bangga sebagai Muslim karena memang paham dan melaksanakan ajarannya? Ataukah ia sekedar identitas formal yang melekat di kartu pengenal kita?

Ciri Muslim itu Gemar Beramal Sholeh

Satu ciri Muslim sejati yang Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya adalah mau beramal sholeh. Sebagaimana makna iman yang umum dipahami, yakni membenarkan dengan hati, lisan dan mengaktualisasikannya di dalam perbuatan.

Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam beserta para sahabatnya sangat gemar melakukan yang namanya amal sholeh. Dan, sebagai pengikutnya sudah semestinya kita juga mengikuti apa yang telah ditauladankan Nabi dan sahabat-sahabatnya.

Namun, sebelum kita membahas amal seperti apa yang terkategori amal sholeh, satu pertanyaan penting yang mesti dijawab adalah, seberapa pentingnya amal sholeh dalam kehidupan seorang Muslim?

Prof. Dr. Ali Muhammad Shalabi dalam bukunya “Shirah Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib”mengutip salah satu khutbah suami dari Siti Fatimah Az-Zahrah itu.

“Sesungguhnya, dunia ini telah memalingkan punggungnya dan memaklumkan perpisahannya, sementara akhirat (kematian) telah muncul ke depan dan memaklumkan kedekatannya. Sekarang adalah hari persiapan, sedang besok adalah hari perlombaan. Tempat yang dituju ialah surga sedang tempat kembali adalah neraka. Tak adakah seorang yang akan bertaubat atas kesalahannya sebelum kematiannya? Atau, tak adakah seseorang yang hendak berbuat kebajikan sebelum hari ujian?
Ingatlah, Anda berada di hari-hari harapan dan di baliknya berdiri kematian. Barangsiapa beramal (sholeh) dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya. Tetapi, orang-orang yang tidak beramal (sholeh) dalam masa harapannya sebelum datang ajalnya, amalnya adalah sia-sia dan kematiannya adalah suatu kemudaratan baginya.”

Pemahaman seperti itulah yang tumbuh dan berkembang dalam diri Nabi dan para sahabat, hingga menjadi karakter dan sistem kesadaran yang mengakar, sehingga orientasi hidupnya memang satu, akhirat dan untuk itu amal sholeh tak bisa dipisahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Ruang Lingkup

Dimana amal sholeh dilaksanakan, di sana iman ditegakkan. Oleh karena itu, ruang lingkup amal sholeh sangatlah luas.

Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersabda;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً أَفْضَلُهَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَوْضَعُهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Keimanan itu memiliki tujuh puluh sekian cabang, sebaik-baiknya adalah ucapan La ilaaha illallah, dan yang paling sederhana adalah mengyingkirkan bahaya dari jalan. Malu merupakan salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim).

Pantas jika kemudian, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengungkapkan bahwa, “Nilai diri seseorang terletak pada kebaikan (amal sholeh) yang dilakukan.”

Dengan kata lain, amatlah banyak kebaikan (amal sholeh) yang bisa dilakukan. Misalnya, seorang ayah yang berangkat pagi, pulang malam untuk menafkahi keluarga dengan cara halal, itu amal sholeh.

Demikian pula, jika seorang ayah tadi dalam kesehariannya, ke kantor dan pulang ke rumah menggunakan sepeda motor, lalu berhati-hati dan mengikuti rambu-rambu lintas yang ada, sehingga dirinya tidak menjadi sebab terganggunya pengendara lain, maka sungguh dia telah beramal sholeh.
Begitu pula jika, sang ayah tadi banyak memberikan kesempatan pengendara lain untuk mendahului atau lewat di depannya kala ada persimpangan, sungguh ia telah memudahkan orang lain, dan insha Allah itu juga amal sholeh.

Subhanallah, andaikata seorang Muslim tidak bisa kemana-mana, lalu ia tersenyum kepada anggota keluarga, tetangga atau siapapun yang sempat ia lihat dalam waktu itu, baginya juga pahala. Karena tersenyum kepada sesama adalah bagian dari iman dan itu adalah amal sholeh.

Rasulullah bersabda;

أبي ذرّ رضي الله عنه قال : قالَ لي النبي صلى الله عليه و سلم : لاَ تَحْقِرَنَّ منَ المعْرُوفِ شَيْئاً ولوْ أنْ تَلْقَ أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ)).

“Dari Abi Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Shohih Muslim: 6637.)
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” [QS: Al-Baqarah; 263]

Dan, sungguh amal sholeh lainnya masih sangat banyak dengan beragam bentuk amalan. Mulai dari sedekah, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, membantu urusan kaum Muslimin, mendirikan masjid, memperbaiki jalan yang rusak, mendirikan rumah sakit, hingga menegakkan hukum secara adil.

Dari sini dapat kita pahami bahwa jalan ke surga-Nya, itu mudah dan bisa kita lakukan kapan saja dalam wujud kebaikan apapun. Dan, terpenting, amal sholeh itu akan menguatkan keimanan di dalam hati.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS. Yunus [10]: 9).

Menurut Ibn Katsir, ayat tersebut adalah kabar gembira bagi orang-orang yang bahagia, yakni mereka yang beriman kepada Allah Ta’ala, membenarkan para Rasul, melaksanakan apa yang diperintahkan, lalu mereka pun melakukan amal sholeh, bahwa sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada mereka karena keimanan mereka.

Semoga Allah menguatkan hati kita untuk senantiasa mengisi hari-hari kita di dunia ini, selamanya untuk terus beramal sholeh. Aamiin.

Tekadkan Hati Untuk Melakukan Kebaikan

Rasanya nyaris semua orang terpelajar memahami bahwa untuk sukses, baik menjadi guru, pengusaha, trainer, atau profesi lainnya, rencana adalah bagian penting setelah hadirnya niat atau keinginan untuk sukses.

Namun demikian, terhadap hal iman, banyak yang biasa-biasa saja menyikapinya, sebagian besar juga tidak sedikit yang mengabaikannya.

Padahal, iman adalah perkara azasi, yang tidak ada perkara maha penting dalam hidup ini selain perkara iman.

Ketika ditanya apakah ada rencana untuk meningkatkan iman, hampir semua tidak memiliki jawaban jelas. Padahal, untuk hal tersebut, Imam Bukhari memberikan rumus, bagaimana meningkatkan iman dan mampu bertahan dalam keimanan itu, melalui 57 hadits yang beliau tulis di dalam bab iman.

Di sana termaktub apa yang harus dilakukan jika ingin menguatkan dan menyempurnakan iman alias rumus meningkatkan keimanan. Dan, tentu saja, semua harus masuk dalam daftar rencana hidup harian sepanjang hayat.

Beberapa di antaranya adalah berniat untuk tidak berkata atau bertindak melainkan kebaikan.

“Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lain selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).

Dalam rangka meningkatkan iman, hemat berkata-kata itu baik, apalagi jika dirasa semakin banyak bicara semakin berkurang manfaat dan keutamaan dari pembicaraan alias menyakiti sesama, diam jauh lebih baik. Jika ini tidak direncanakan, lisan bisa berkata-kata tanpa kendali.

Kemudian, memberikan makanan. “Islam manakah yang lebih baik?” Rasulullah bersabda, “Kamu memberikan makanan dan mengucapkan salam atas orang yang kamu kenal dan tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari).

Suatu riwayat menarik berhasil dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Nampaknya semua amalan yang meningkatkan iman menjadi catatan penting dari agenda hidupnya setiap hari.

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:

Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?’

Abu Bakar menjawab,’Saya.’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapakah diantara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?’

Abu Bakar pun menjawab, ‘Saya.’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?’ Abu Bakar menjawab lagi, ‘Saya.’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih bertanya lagi, ‘Siapakah diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?’

Abu Bakar pun menjawab lagi, ‘Saya.’

Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk Surga.” (HR. Muslim).

Hadits itu menunjukkan betapa seorang Abu Bakar memiliki agenda dalam hidupnya untuk melakukan banyak amalan sholeh. Dan, kita sendiri memahami, bahwa tidak akan ada amalan sholeh yang akan dilakukan oleh seseorang melainkan ia telah berniat lebih awal atau ada niat untuk benar-benar mengerjakannya.

Bagaimana orang yang melakukan itu semua tidak akan masuk Surga, sementara imannya terus meningkat alias bertambah dan terus bertambah. “Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam [19]: 76).

Terkait menambah keimanan ini, Mu’adz pernah berkata kepada kawan-kawannya, “Duduklah di sini bersama kami sesaat, untuk menambah keimanan kita.” Dengan demikian, iman haruslah direncanakan untuk senantiasa ditingkatkan, termasuk bersama teman-teman dalam pergaulan.

Hal di atas memang patut menjadi panutan diri setiap Muslim dalam mengisi kehidupan, sebab dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, iman berarti membenarkan yang bersifat khusus, yaitu pembenaran kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, serta pembenaran pada qadar (takdir) yang baik maupun buruk.

Apabila hal ini dilakukan, insya Allah akan didatangkan oleh-Nya di dalam qalbu kita rasa cinta pada keimanan.

وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِ‌ۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِى كَثِيرٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُ ۥ فِى قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلرَّٲشِدُونَ (٧)

“Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al-Hujurat [49]: 7).

Kemudian menjadikan amal sholeh sebagai buruan pertama dan utama dalam setiap kesempatan dalam hidupnya.

أَنَّمَآ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلاً۬ صَـٰلِحً۬ا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا (١١٠)

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110). Wallahu a’lam