Sunday, 12 March 2017

Bagaimana Islam Memandang Kekayaan?

Hidup dengan kekayaan yang berlimpah menjadi dambaan banyak orang. seseorang dikatakan sukses apabila ia memiliki harta dan kehidupan yang serba cukup. Pendidikannya juga dianggap bagus apabila mampu membawanya meraih tingkat kesuksesan secara finansial. Lalu, bagaimanakah Islam memandang kekayaan itu sendiri?

Secara garis besar, kekayaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk terus bertahan hidup dengan gaya hidup yang ada, tanpa harus bekerja. namun, sebenarnya kaya itu relatif. Ada orang yang tetap dapat bertahan hidup setelah berhenti bekerja.

Sebagian besar kondisi tersebut didukung kekuatan finansial yang datang dari pendapatan pasif atau passive income yang diperoleh dari investasi. akan tetapi, adapula orang-orang berpenghasilan tinggi yang tetap merasa tidak kaya sebab gaya hidupnya mempengaruhi cara mereka menggunakan kekayaannya.

Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk menjadi kaya. Bahkan mencari kekayaan disyariatkan dalam Islam karena itu berarti mencari rejeki dan berusaha di dunia sebagaimana yang dicantumkan dalam banyak ayat di Al-Qur’an, seperti: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi ; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Ahzab: 10).

Di ayat lain, QS. Al Mulk: 15 juga disebutkan, “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.”

Dari ayat-ayat tersebut, Ibnu Katsir, menafsirkan maksudnya, yaitu berpergianlah ke kalian ke tempat-tempat di bumi yang kalian kehendaki, lintasilah daerah-daerah dan pelosok-pelosoknya untuk mendapatkan berbagai macam penghasilan dan berdagang.

Berikut ini beberapa hukum mengenai kekayaan menurut agama Islam:

? Wajib – jika usaha manusia itu dilakukan untuk memperoleh pendapatan memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya serta mencukupkannya dari meminta-minta.

? Sunnah – jika usaha manusia itu dilakukan untuk memberikan tambahan nafkahnya dan nafkah keluarganya atau untuk tujuan melapangkan orang-orang fakir, menyambung silaturahim, memberi balasan atau hadiah pada kaum kerabat, dan mencari kekayaan dengan niat seperti ini lebih utama daripada menghabiskan waktu untuk beribadah.

? Mubah (diperbolehkan) – jika untuk memberikan tambahan dari kebutuhan atau dengan tujuan berhias dan menikmati.

? Makruh – jika tujuannya mengumpulkan harta agar bisa berbangga-banggaan, sombong, bermegah-megahan, bersenang-senang hingga melewati batas walaupun dicari dengan cara yang halal. Hal ini sejalan dengan sabda Rasullullah saw, “Barang siapa yang mencari dunia yang halal untuk bermegah-megahan, berbangga-banggaan, dan riya maka ia akan bertemu dengan Allah SWT sedangkan Allah murka kepadanya.”

? Haram – jika dicari dengan cara yang haram seperti suap, riba dan lainnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam al Mausu’ah al Fiqhiyah jus II hal 11384-11385).

Rasulullah menegaskan bahwa kekayaan yang sejati ada di dada. Hal ini menekankan bahwa sebenarnya persoalan anggapan bahwa seseorang disebut kaya atau miskin adalah murni masalah mental. Seseorang bisa merasa kaya walaupun memiliki sedikit harta karena ia berlapang dada dan selalu mensyukuri nikmat yang ada. Harta yang ia miliki digunakan untuk meningkatkan amal dan ibadah.

Seorang muslim diperbolehkan mempunyai cita-cita untuk menjadi orang kaya, asalkan niat tersebut untuk memperkuat agama.

Namun, Allah juga tidak mengharuskan seorang manusia menjadi orang yang memiliki kekayaan harta. Kewajiban mencari rejeki diperintahkan agar seseorang berusaha sesuai kemampuannya, sedangkan hasil akhir menjadi keputusan Allah.

Kekayaan juga merupakan amanah dari Allah yang harusnya dijaga dengan sebaik-baiknya.

Pengertian ini diartikan sebagai perintah untuk memanfaatkan harta yang dimiliki untuk beribadah di jalan-Nya. Sebab kedudukan harta dan kekayaan tidaklah boleh sejajar atau lebih tinggi dari kedudukan iman dan ibadah kepada Allah SWT, seperti yang disiratkan dalam QS. Al-Kahfi: 46 yang artinya, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Menurut agama Islam, kekayaan diartikan pula sebagai suatu jalan menuju kejayaan, seperti yang tersirat pada QS. As-Shaff: 10-12 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman!

Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasulullah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”

Dari kedua pengertian atau konsep diatas, maka sebagai seorang yang beriman harus memahami kekayaan sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan digunakan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat.

Baca Juga :
Kemuliaan untuk Membangun Gaya Hidup Sederhana
9 Adab Buang Air sesuai Sunnah Nabi
Keutamaan, Rukun, Sunnah, Pembatalan, dan Hal yang Mewajibkan Wudhu
Mandi Dalam Islam
Hukum, Niat dan Tata Cara Tayammum

Kemuliaan untuk Membangun Gaya Hidup Sederhana

Di dalam paham kapitalis, kebahagiaan selalu diukur dengan banyak sedikitnya materi yang dimiliki. Bahkan saat ini, sebagian kalangan masyarakat terkesan berpikir bahwa hidup belumlah sah atau lengkap apabila belum memiliki berbagai atribut kemewahan.

Meski sudah hidup dengan layak, namun masih banyak yang merasa belum cukup. Hidup dengan sederhana sepertinya bukan lagi impian atau sudah tidak lagi dianggap ideal. Dan, kalaupun ada yang hidup dengan cara sederhana, hal itu semata – mata karena memang keadaan yang memaksa mereka untuk seperti itu.

Saat ini, budaya hura – hura dan konsumtif sepertinya telah menjadi satu budaya bahkan sudah sangat mengakar di kehidupan manusia. Mimpi dan keinginan untuk dapat hidup mewah sepertinya bukan lagi melanda kalangan menengah ke atas saja namun golongan kurang mampu pun juga ingin bermewah – mewahan.

Akibatnya, keadaan hidup mereka yang sudah kekurangan, menjadi semakin kekurangan karena gaya hidup yang mereka jalani tidak sesuai dengan penghasilan yang mereka dapatkan. Mereka rela berhutang ke sana ke mari hanya untuk memenuhi keinginan mereka hidup bermewah – mewah. Sehingga, bisa dikatakan bahwa kemewahan bukan lagi sekadar ajang pamer materi namun sudah berubah menjadi satu ajang untuk memanipulasi suatu keinginan sehingga menjadikannya sebuah keharusan demi hanya untuk meraih satu kepuasan.

Hal itulah yang kemudian mendorong orang untuk rela berhutang dan yang lebih parah lagi melakukan korupsi maupun mencari rezeki dengan cara – cara haram.

Perilaku hidup sederhana sangat bertentangan dengan pola hidup konsumerisme. Dalam pola hidup konsumerisme, kebahagiaan individu hanya bisa dicapai dengan cara mengkonsumsi, memiliki dan membeli apapun yang diinginkan meski hal itu melebihi batas kemampuan dasar yang dimiliki.

Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk membelanjakan harta tidak secara berlebihan dan di sisi lain, kita juga dilarang untuk kikir. Hal itu secara jelas tercantum di dalam al-Qur’an surat al-Furqaan ayat 67. Di dalam surah al-Humazah ayat 1-9, dijelaskan pula bahwa Islam mengecam orang – orang yang menimbun harta. Allah bahkan mengancam mereka dengan neraka Huthamah.

Di salam surah at-Taubah ayat 34, Allah berfirman bahwa mereka yang senang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, akan diberi siksaan yang pedih dan menyakitkan.

Berdasarkan dalil – dalil tersebut di atas, kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa waspada dengan apa yang kita miliki. Kita dilarang untuk melakukan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah, termasuk di dalamnya hidup berlebih – lebihan , boros dalam membelanjakan harta, bermain – main dengan harta dan kita juga dituntut untuk membelanjakan harta yang kita miliki di jalan Allah.

Nabi adalah suri tauladan yang paling tepat bagi kita umat Islam. Selama hidupnya, meski beliau dikenal sebagai seorang pedagang yang sukses, namun beliau senantiasa hidup dengan sederhana.

Segala yang dimilikinya, mulai dari sandang, papan, pangan dan segala kebutuhan pokok yang dimiliki penuh dengan kesederhanaan. Bahkan beliau dikenal mampu mengontrol pembelanjaan Negara. Keempat khalifah yang menggantikan beliau pun juga memberikan contoh kepada kita untuk selalu hidup sederhana dan tidak bermewah – mewahan.

Sekali lagi, rasulullah SAW hidup sederhana bukan karena beliau miskin. Beliau bisa saja hidup dengan mewah kalau mau. Seperti yang banyak diriwayatkan, beliau mampu memberi kambing sebanyak 1 bukit kepada seorang pemimpin suku yang masuk Islam, yakni Malik bin Auf. Kesederhanaan beliau membuat beliau dapat memaksimalkan harta yang beliau miliki untuk kesejahteraan rakyat, jihad dan kepentingan dakwah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“ Makanlah dan minumlah dan bersedekahlah, tanpa berlebihan dan tidak sombong”. (HR Ahmad).

“Barang siapa mengenakan pakaian sutera di dunia, maka ia tidak akan memakainya di akhirat”. (HR Muslim).

“Janganlah kalian minum di bejana emas dan perak, janganlah kalian makan di piring emas dan perak, karena emas dan perak itu milik mereka (orang – orang kafir) di dunia dan milik kalian di akhirat”. (diriwayatkan oleh Muslim, al-Bukhari, Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, at-Timidzy serta Ibnu Majah).

Baca Juga :
Definisi dan Pengertian Sukses Menurut Islam
Lima Muslimah Tercantik Dari Negara Minoritas Islam
Definisi Thahara dan Macamnya
Macam-Macam Benda Najis dan Cara Membersihkannya
5 Fitrah Pada Manusia

Definisi dan Pengertian Sukses Menurut Islam

Apa arti sukses bagi Anda? Memiliki karier yang baik? Memiliki penghasilan yang banyak? Memiliki rumah mewah? Atau yang lainnya? Setiap orang akan berbeda – beda dalam mengartikan kesuksesan. Dan bagi umat Islam, arti sukses yang sebenarnya telah ditulis di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits.

QS 21:110: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab – sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (QS 21:110).

Kemuliaan yang tertera di dalam penggalan ayat al-Qur’an tersebut bisa diartikan sebagai kesuksesan.

QS 3:185: Tiap – tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya hanya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah sukses. Kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Dari penggalan ayat tersebut, jelas kita ditunjukkan bahwa kesuksesan adalah ketika nanti kita telah mati dan dimasukkan ke dalam surga. Jadi, apapun pekerjaan kita hari ini, jika nantinya kita masuk surga, itu berarti kita telah sukses. Namun, bagaimana untuk sukses masuk surga?

Di dalam QS 2:214, Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang – orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam – macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang – orang beriman bersamanya: Bilakah datang pertolongan Allah. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Sekarang, apakah kita sudah pantas mendapatkan pertolongan Allah? Saat ini, yang menjadi pokok permasalahannya bukanlah pantas atau tidak pantas, namun apakah kita telah melakukan segenap daya dan upaya untuk mendapatkan pertolongan-Nya?

Karena menurut Islam, siapa yang mau berjuang, maka dialah yang akan mendapat pertolongan. Seperti halnya yang terdapat dalam QS 47:7 yang berarti: hai orang – orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Dalam agama Islam, secara gamblang kita diperlihatkan bahwa jika Allah bersedia untuk menolong, maka tidak akan ada perjuangan yang terlampau sulit atau terlalu berat untuk dilakukan.

Seperti yang tertera dalam QS 3:160 yang artinya “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu(selain) Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang – orang mukmin bertawakal.

Dari penggalan itu dapat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kunci dari meraih kesuksesan menurut Islam adalah tawakal. Tawakal di sii berarti kita diwajibkan untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah. Itu juga berarti kita harus selalu menyerahkan segala macam urusan hanya dengan cara – cara Allah, bukan yang lain. Untuk hasilnya nanti, segalanya terserah kepada Allah, kita sebagai manusia hanya dapat berusaha.

Kesimpulan Sukses
Dari uraian di atas, kita mendapatkan satu penjelasan yang sangat jelas bahwa di dalam Islam, arti kesuksesan bukanlah berkenaan dengan materi. Islam tidak pernah membeda – bedakan yang kaya dengan yang miskin. Alah juga tidak pernah melihat dari keluarga mana kita berasal dan seberapa kaya diri kita. Yang akan dijadikan tolok ukur dalam sukses menurut Islam adalah amal ibadah yang kita lakukan.

Meski secara sekilas terdengar mudah, namun dalam kenyataannya sulit untuk dilakukan. Seringkali kita sebagai manusia hanya disibukkan dengan berbagai urusan dunia tanpa memikirkan urusan akhirat.

Padahal, jika kita mengerti, sebenarnya segala yang akan kita tuai nanti di akhirat bermuara pada apa yang kita lakukan di dunia. Apa yang akan kita dapatkan nanti setelah mati adalah buah dari apa yang telah kita perbuat selama hidup. Jika Anda setuju dengan konsep ini maka mulai hari ini mari kita berusaha sebaik mungkin untuk memperbanyak amal ibadah kita.

Mari kita jadikan apa yang ada ada diri kita saat ini sebagai anak tangga untuk menuju akhir yang abadi kelak di akhirat. Selama kita masih diberikan nafas, maka belum terlambat untuk memperbaiki semuanya. Selama kita masih hidup, maka masih ada kesempatan bagi kita untuk menata dan mengkonsep ulang arti kesuksesan.

Baca Juga :
AL-BIRUNI, PROFIL ILMUAN MUSLIM YANG LUAR BIASA
Rahasia Ilmiah dari Kedahsyatan Puasa Senin-Kamis
10 Artis Indonesia yang Berhenti Dari Dunia Hiburan dan Mendekat Pada Allah
Artis Indonesia Yang Memakai Jilbab (Hijab)
7 Kisah Para Mualaf Paling Berpengaruh di Dunia

Sunday, 5 March 2017

Wanita Muslim Yang Ikut Merubah Sejarah Dan Menjadi Inspirasi Dunia

Menjadi muslimah ternyata tidak hanya berkutat di dapur, sumur, dan kasur saja, jika dibutuhkan dan sangat penting, wanita muslim bisa menjadi yang terdepan. Muslimah bahkan harus pintar, seperti yang bisa dilihat pada istri-istri Nabi Muhammad saw. yaitu Aisyah ra. yang sangat pintar akan ilmu agama, sejarah, hingga ilmu kedokteran. Atau Khadijah ra. yang pandai berniaga dan mengurus keluarga juga suami.

Ilmu sangatlah penting bagi seorang muslim maupun muslimah. Ilmu bukanlah harta yang diwariskan begitu saja, ilmu harus diperoleh terlebih dahulu lewat belajar yang memerlukan usaha dan pengorbanan baik harta maupun waktu.

Menuntut ilmu bagi seorang muslimah tidak hanya berguna bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang-orang di sekelilingnya. Bagi yang masih hidup sendiri, ilmu bisa diamalkan lewat kehidupannya sehari-hari atau bahkan diajarkan kepada saudara, orang tua, bahkan tetangga. Bagi yang sudah menikah dan memiliki anak, ilmu bisa diamalkan dan diajarkan kepada anak-anaknya bahkan untuk memberi contoh bagi sang suami. Itulah mengapa para istri nabi dikisahkan sebagai wanita muslim yang pandai baik secara ilmu maupun akhlak.

Tidak hanya para istri nabi saja yang pintar dan dapat menginspirasi kita semua, ada juga wanita muslim lain yang ikut berjuang di jaman nabi dan ada juga yang turut merubah sejarah dunia. Berikut adalah 5 diantaranya.

1. Rufaidah binti Sa’ad Al-Asalmiya (570-632 M)

Bernama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj, wanita muslim yang masuk ke dalam kaum Anshor, golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah, merupakan perawat muslim pertama di dunia. Hidup di jaman Nabi Muhammad saw. memimpin kaum muslim membuatnya menjadi sukarelawan bagi korban yang terluka akibat perang Badar, Uhud, dan Khandaq.

Rufaidah belajar ilmu keperawatan lewat ayahnya yang merupakan seorang dokter pada jamannya. Sedari kecil ia sudah membantu merawat dan mengobati orang sakit. Tidak hanya merawat orang, Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita agar menjadi perawat yang nantinya akan mengambil peran penting pada perang Khibar.

Awal mula dunia medis dan dunia keperawatan dalam Islam dimulai ketika Rufaidah merawat Sa’ad bin Mu’adz yang terluka akibat tertancap panah pada tangannya. Rufaidah membuat keadaannya menjadi stabil (homeostatis).

Rufaidah terkenal akan dedikasinya yang tidak memandang apakah pasiennya itu kaya atau miskin. Ia memberika perawatan tidak hanya kepada orang yang waras saja tapi juga kepada penderita gangguan jiwa, dan juga anak yatim. Perannya tidak hanya dalam aspek klinis saja tapi juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial, yang nantinya akan menyebabkan penyakit di masyarakat.

2. Nusayba binti Ka’ab Al-Ansariyah (630-690 M)

Memiliki sebutan Ummu Imarah atau Ummu Ummarah yang berarti Ibu para pemimpin merupakan sosok sahabat muslimah pemberani yang turut berjuang dalam Perang Uhud bersama Nabi Muhammad saw. Ia merupakan satu dari dua wanita (yang lainnya adalah Ummu Maniq atau Asma binti Amru, seorang penduduk Mekah) yang melakukan Bai’at Aqabah Kedua kepada Rasulullah saw. bersama dengan 73 orang laki-laki utusan Anshar dari Madinah yang datang ke Mekah. Saat itu ia melakukan bai’at (sumpah setia) bersama suaminya Zaid bin Ashim dan dua orang puteranya yaitu Abdullah dan Habib.

Kisah keberanian dan kepahlawanan Nusayba yang paling dikenang adalah ketika ia membela dan melindungi Nabi Muhammad saw. dalam perang Uhud. Awalnya Nusayba bergabung dengan pasukan muslim untuk tujuan membantu di bidang logistik dan medis bersama para wanita lainnya. Keadaan berubah ketika ia menyaksikan pasukan musuh menerobos pasuka muslim dan membuat mereka kocar-kacir. Melihat Nabi Muhammad saw. terancam keselamatannya, Nusayba segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan pasukan muslim untuk membentuk pertahanan guna melindungi Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw. ketika perang usai memberi kesaksian kepada para sahabat bahwa Nusayba telah melindunginya dengan gigih dan gagah berani. Dalam perang tersebut Nusayba memperoleh 12 luka pada bagian tubuhnya dan yang paling parah ada di bagian lehernya. Hebatnya, Nusayba tidak mengeluh, mengadu, apalagi menangis. Keberaniannya membela Rasul pun membuatnya digelari “Difaaun Nabiy” atau Perisai Nabi.

Selain Perang Uhud, Nusayba juga ikut terlibat dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain, dan Perang Yamamah pada jaman Khalifah Abu Bakar.

3. Rabi’ah Al-Adawiyyah (713/717-801 M)

Bernama lengkap Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah atau dikenal juga dengan nama Rabi’ah Basri, merupakan sufi wanita beraliran sunni yang hidup pada masa dinasti Umayyah. Rabi’ah terkenal akan kezuhudannya atau ketidaktertarikannya pada nikmat dunia sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Kezuhudannya dikenal hingga ke Eropa dan membuat beberapa cendekiawan meneliti serta membuat buku berisi riwayat hidupnya.

Rabi’ah dilahirkan sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Keadaan keluarganya sangatlah miskin, tapi beruntungnya Rabi’ah memiliki otak yang cerdas dan taat beragama. Beberapa tahun setelah Rabi’ah lahir, ayahnya meninggal yang kemudian disusul oleh ibunya. Rabi’ah dan ketiga saudara kandungnya mejadi yatim piatu.

Pada saat Rabi’ah dan saudaranya mengembara akibat bencana alam dan kekeringan yang menimpa kota Basrah, Rabi’ah terpisah dari saudaranya dan kemudian diculik oleh penyamun. Para penyamun itu kemudian menjualnya kepada seorang pedagang yang kejam. Satu malam Rabi’ah bermunajat dan memohon agar dibebaskan dari pedagang tersebut, dan ia berjanji jika bebas nanti ia tidak akan pernah berhenti untuk beribadah kepada Allah swt. Doanya dikabulkan. Ketika Rabi’ah sedang sholat malam, majikannya melihat ada lentera tergantung di atas kepala Rabi’ah tanpa ada tali sehelai pun. Pedagang itu langsung membebaskan Rabi’ah dan menawarkannya tempat tinggal serta biaya hidup. Tapi Rabi’ah menolaknya.

Rabi’ah dicatat oleh dunia sebagai seorang sufi wanita yang cinta murni kepada Tuhan sebagai puncak dari tasawuf. Rabi’ah dijadikan panutan oleh para sufi seperti Al-Ghazali, seorang ulama besar, sehingga menjadikannya The Mother of the Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar.

4. Fatima Al-Fihri (800-880 M)

Fatima lahir dari keluarga Fikri yang ruh utamanya adalah agama. Semenjak kecil Fatima tidak pernah belajar di luar rumah, semua pengetahuan yang ia miliki di dapat dari rumah. Fatimah bersama Maryam adiknya, dan keluarga besarnya pindah dari kota kelahirannya Kairouan di Tunisia ke Fez, Maroko. Di kota ini mereka sukses menjadi pedagang dan menjadi pebisnis ternama. Meskipun kaya, tapi mereka tidak antisosial, sering menggelar kegiatan amal yang melibatkan kaum dhuafa.

Sumbangan Fatima bagi masyarakat terutama dunia Islam yang paling terkenal adalah pendirian masjid Al-Qarawiyyin (al-Karaouine) yang rampung pada awal Ramadhan 245 H atau 30 Juni 859 M. Masjid yang terkenal dengan sebutan Jami’ as-Syurafa’ ini sangat strategis letaknya sehingga memungkinkan para sarjana dan cendekiawan datang dan mengkaji imlu disana. Sementara itu, adiknya Maryam, mendirikan Masjid Al-Andalus yang nantinya kedua masjid tersebut mempunyai posisi dan peran penting dalam penyebaran Islam di Maroko dan Eropa.

Seiring berjalannya waktu, kajian ilmu yang dibahas di masjid Al-Qarawiyyin ini tidak sebatas agama saja, tapi tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik dan menarik perhatian para pembelajar dari seluruh dunia. Hingga akhirnya berdirilah Universitas Al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia yang menawarkan gelar kesarjanaan. Hal ini diakui oleh Guinnes Book World of World Records pada tahun 1998. Sebelumnya, majalah Time edisi 24 Oktober 1960 menyebut obor Renaisans berasal dari Fez, Maroko.

Gerbert of Aurillac sebelum menjadi Paus Sylvester II, sempat menimba ilmu di universitas ini. Ia mempelajari matematika dan pada akhirnya memperkenalkan penggunaan nol dan angka Arab ke Eropa.

5. Cut Nyak Dhien (1848-1908)

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, tepatnya di wilayah VI Mukim. Sedari kecil ia memperoleh pendidikan pada bidang agama dan rumah tangga. Pada tahun 1862 ia dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Pada tahun 1873, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama para ibu lainnya pada tanggal 24 Desember 1875 sementara suaminya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Naas, suaminya kemudian meninggal pada tanggal 29 Juni 1878 dan membuat Cut Nyak Dhien sangat marah serta bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Dhien menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880 karena persamaan visi dan misi. Mereka memilki seorang anak bernama Cut Gambang. Pada akhirnya keluarga pejuang ini berusaha dengan berbagai cara agar dapat mengalahkan Belanda. Akibat informan yang disewa oleh pemerintah Belanda, rencana pemberontakan mereka tercium dan mengakibatkan Teuku Umar gugur tertembak peluru.

Sepeninggal suaminya Cut Nyak Dhien tidak pernah menyerah hingga masa tuanya. Akibat anggota pasukannya yang merasa iba karena keadaannya, Cut Nyak Dhien berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda lewat perlawanan yang sengit, dan kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa Barat dengan identitas yang ditutupi karena takut menimbulkan perlawanan dari pejuang lain. Akhirnya Cut Nyak Dhien meninggal karena usia tua pada tanggal 6 November 1908. 
Itulah 5 wanita muslim yang ikut merubah sejarah dan menjadi inspirasi dunia. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua

Ilmuwan Muslim Terhebat Sepanjang Sejarah

Daftar Tokoh lmuwan-ilmuwan islam terbesar dan terhebat yang pernah tercatat dalam sejarah | Para ilmuwan dan penemu Muslim (Arab, Persia dan Turki) telah berhasil membuat beberapa penemuan yang luar biasa ratusan tahun lebih dulu dibanding rekan-rekan mereka di Eropa.

Mereka menarik pengaruh dari filsafat Aristoteles dan Neo-Platonis, termasuk Euclid, Archimedes, Ptolemy dan lain-lain. Kaum muslimin pada saat itu telah berhasil membuat berbagai penemuan di bidang kedokteran, bedah, matematika, fisika, kimia, filsafat, astrologi, geometri dan bidang lainnya.yang tak terhitung jumlahnya dan menuliskan karya-karyanya dalam berbagai buku.

Berikut beberapa ilmuwan dan penemu muslim dengan penemuan luar biasa mereka:

1. AL-FARABI 

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir).

Al Farabi dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan. Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
  1. Logika 
  2. Ilmu-ilmu Matematika 
  3. Ilmu Alam 
  4. Teologi 
  5. Ilmu Politik dan kenegaraan 
  6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah). 
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut  pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.

2. AL-BATANI

Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani nama lengkap: Abū Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa.

Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri:

Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:

dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.

Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.

3. IBNU SINA

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan.

Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib  merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar, banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai Bapak Kedokteran Modern, George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai "Ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Karya

  1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine/Aturan Pengobatan)
  2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  3. An Najat

4. IBNU BATUTAH

Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko.

Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14.

Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

5. IBNU RUSYD

Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).

Ikhtisar

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.

Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.

Karya

  1. Bidayat Al-Mujtahid
  2. Kulliyaat fi At-Tib (Kuliah Kedokteran)
  3. Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at

6. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI

Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau Abū Ja’far.

Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.

Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.

Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.

Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.

Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Kitab I - Aljabar

Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif)
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر ) atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x^2 = 40x - 4x^2 disederhanakan menjadi 5x^2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x^2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x^2 + 9 = x.

Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Kitab 2 - Dixit algorizmi

Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu")

Kitab 3 - Rekonstruksi Planetarium

Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.

Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb surat al-Ardh "Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Buku 4 - Astronomi

Kampus Corpus Christi MS 283

Buku Zīj al-sindhind (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.

Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).

Buku 5 - Kalender Yahudi

Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya

Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.

Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).

Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.

7. UMAR KHAYYAM

'Umar Khayyām (18 Mei 1048 - 4 Desember 1131), dilahirkan di Nishapur, Iran. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri . Khayyām berarti "pembuat tenda" dalam bahasa Persia.

Sang Matematikawan

Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius (meskipun Britania Raya baru beralih dari Kalender Julian kepada kalender Gregorian pada 1751, dan Rusia baru melakukannya pada 1918).

Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.

Sang astronom

Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.

Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa.

Umar Khayyām dan Islam

Filsafat Umar Khayyām agak berbeda dengan dogma-dogma umum Islam. Tidak jelas apakah ia percaya akan kehadiran Allah atau tidak, namun ia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan ilahi. Ia pun tidak percaya akan Hari Kiamat atau ganjaran serta hukuman setelah kematian. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati. Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Khayyām akhirnya naik haji ke Mekkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim.

Omar Khayyam, Sang Skeptik

Dan, sementara Ayam Jantan berkokok, mereka yang berdiri di muka / Rumah Minum berseru - "Bukalah Pintu! / Engkau tahu betapa sedikit waktu yang kami punyai untuk singgah, / Dan bila kami pergi, mungkin kami takkan kembali lagi."

Demikian pula bagi mereka yang bersiap-siap untuk HARI INI, / Dan meyangka setelah ESOK menatap, / Seorang muazzin berseru dari Menara Kegelapan / "Hai orang bodoh! ganjaranmu bukan di Sini ataupun di Sana!"

Mengapa, semua orang Suci dan orang Bijak yang mendiskusikan / Tentang Dua Dunia dengan begitu cerdas, disodorkannya / Seperti Nabi-nabi bodoh; Kata-kata mereka untuk Dicemoohkan / Ditaburkan, dan mulut mereka tersumbat dengan Debu.

Oh, datanglah dengan Khayyam yang tua, dan tinggalkanlah Yang Bijak / Untuk berbicara; satu hal yang pasti, bahwa Kehidupan berjalan cepat; / Satu hal yang pasti, dan Sisanya adalah Dusta; / Bunga yang pernah sekali mekar, mati untuk selama-lamanya.

Diriku ketika masih muda begitu bergariah mengunjungi / Kaum Cerdik pandai dan Orang Suci, dan mendengarkan Perdebatan besar / Tentang ini dan tentang: namun terlebih lagi / Keluar dari Pintu yang sama seperti ketika kumasuk.

Dengan Benih Hikmat aku menabur, / Dan dengan tanganku sendiri mengusahakannya agar bertumbuh; / Dan cuma inilah Panen yang kupetik - / "Aku datang bagai Air, dan bagaikan Bayu aku pergi."

Ke dalam Jagad ini, dan tanpa mengetahui, / Entah ke mana, seperti Air yang mengalir begitu saja: / Dan dari padanya, seperti Sang Bayu yang meniup di Padang, / Aku tak tahu ke mana, bertiup sesukanya.

Jari yang Bergerak menulis; dan, setelah menulis, / Bergerak terus: bukan Kesalehanmu ataupun Kecerdikanmu / Yang akan memanggilnya kembali untuk membatalkan setengah Garis, / Tidak juga Air matamu menghapuskan sepatah Kata daripadanya.

Dan Cawan terbalik yang kita sebut Langit, / Yang di bawahnya kita merangkak hidup dan mati, / Janganlah mengangkat tanganmu kepadanya meminta tolong - karena Ia / Bergelung tanpa daya seperti Engkau dan Aku.

Omar Khayyám, Penulis dan Penyair

Omar Khayyám kini terkenal bukan hanya keberhasilan ilmiahnya, tetapi karena karya-karya sastranya. Ia diyakini telah menulis sekitar seribu puisi 400 baris. Di dunia berbahasa Inggris, ia paling dikenal karena The Rubáiyát of Omar Khayyám dalam terjemahan bahasa Inggris oleh Edward Fitzgerald (1809-1883).

Orang lain juga telah menerbitkan terjemahan-terjemahan sebagian dari rubáiyátnya (rubáiyát berarti "kuatrain"), tetapi terjemahan Fitzgeraldlah yang paling terkenal. Ada banyak pula terjemahan karya ini dalam bahasa-bahasa lain.

8. TSABIT BIN QURRAH

Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18 Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin.

Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.

Al-Sabiʾ Thabit bin Qurra al-Ḥarrānī, Latin: Thebit / Thebith / Tebit, 826 - 18 Februari, 901) adalah seorang ahli matematika, dokter, astronom, dan penerjemah Islam Golden Age yang tinggal di Baghdad pada paruh kedua abad kesembilan.

Ibnu Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi. Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis pertama dari sistem Ptolemaic, dan dalam mekanika dia adalah seorang pendiri statika.

9. MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.

Biografi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

Kontribusi

Bidang Kedokteran

Cacar dan campak

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."

Alergi dan demam

Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Farmasi

Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Etika kedokteran

Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran

Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
  1. Hidup yang Luhur
  2. Petunjuk Kedokteran untuk Masyarakat Umum
  3. Keraguan pada Galen
  4. Penyakit pada Anak

10. ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN

Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 722 dan wafat pada tahun 804. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi.

Karya Jabir antara lain:

  1. Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the Composition of Alchemy)
  2. Kitab Al-Sab'een
  3. Kitab Al Rahmah
  4. Al Tajmi
  5. Al Zilaq al Sharqi
  6. Book of The Kingdom
  7. Book of Eastern Mercury
  8. Book of Balance'
Sumber: munsypedia.com

Baca Juga :
Wanita Muslim Yang Ikut Merubah Sejarah Dan Menjadi Inspirasi Dunia 
Kisah Sahabat Nabi Abu Khaitsamah RA
AL-BIRUNI, PROFIL ILMUAN MUSLIM YANG LUAR BIASA
Sejarah Peradaban Islam Turki Usmani
Delapan Buah yang Mengandung Vitamin E Terbanyak