Wednesday, 9 August 2017

6 Fakta Tentang Dajjal

Percaya kepada kiamat adalah salah satu bukti keimanan kita sebagai seorang Muslim. Tak mempercayainya, sudah pasti ganjarannya adalah fasik dan bisa dikatakan keluar dari ajaran Islam.

Kiamat akan terjadi, namun kapan dan bagaimana kronologinya masih jadi rahasia besar yang disimpan oleh Allah.

Nabi sendiri menjelaskan dalam banyak riwayat jika kiamat pasti datang namun waktunya tidak bisa ditentukan.

Hal yang pasti adalah kiamat takkan pernah terjadi jika tanda-tandanya tak ditemukan. Misalnya munculnya Imam Al Mahdi, turunnya Nabi Isa dan juga sosok mengerikan yang kita kenal dengan Dajjal.

Dari semua tanda ini Dajjal lah yang harus jadi perhatian kita. Makhluk ini adalah representasi kesesatan yang nyata dan dimampukan oleh Allah melakukan hal-hal menakjubkan agar bisa menyesatkan lebih banyak manusia.

Berikut adalah ciri-ciri serta hal-hal yang berkaitan dengan Dajjal yang wajib untuk kita ketahui.

1. Ciri Fisik Dajjal

Ulama pernah mendebatkan tentang sosok Dajjal ini. Sebagian menganggap ia adalah wujud dari peradaban maju atau sebuah bangsa. Namun sebagian lagi mengatakan jika Dajjal adalah manusia.

Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadist, Rasul berkata, “Dia adalah seorang pemuda yang sangat keriting rambutnya, hilang cahaya matanya.” Dari Hadist ini maka bisa disimpulkan jika Dajjal adalah seorang manusia dan masih muda.

Dajjal digambarkan buta satu matanya dan ada tanda kafir di dahinya

Ciri-ciri Dajjal juga disinggung dalam hadist sebelumnya, berambut keriting dan hilang cahaya matanya.

Tak hanya itu, Dajjal juga sering dicirikan dengan buta sebelah matanya.

Serta tanda terakhir adalah tulisan di dahinya yang mempunyai lafal arab “Kaf” “Fa” “Ro” yang artinya adalah kafir.

Tulisan ini hanya bisa dilihat mereka yang benar-benar beriman kepada Allah.

2. Mereka Para Pengikut Dajjal

Sering diceritakan pula jika Dajjal akan jadi pemimpin dari sebuah kaum yang nantinya akan berkonfrontasi dengan umat Islam.

Dalam sebuah hadist, Nabi menjelaskan siapa mereka yang jadi pengikut dajjal ini. “Akan mengikuti Dajjal dari kaum Yahudi Ashbahan 70 ribu orang, mereka memakai semacam thayalisah (sejenis kain yang diselempangkan di pundak).”

Termasuk mereka yang membunuh umat Islam secara keji, mereka adalah pengikut Dajjal

Termasuk para pengikut Dajjal adalah orang-orang yang pandai membaca Al-Qur’an namun tak melewati tenggorokan mereka.

Maksudnya adalah Muslim tapi tidak benar-benar memahami apa yang dianutnya.

Mereka semua ini akan disenangkan oleh Dajjal dengan berbagai tipu muslihat, namun pada akhirnya akan masuk ke dalam nerakanya Allah selama-lamanya.

3. Kemampuan Dajjal yang Harus Diwaspadai

Dajjal adalah fitnah terberat manusia di zaman akhir dan Allah memang memberi makhluk tersebut kemampuan untuk melakukan hal-hal yang mencengangkan.

Dalam banyak riwayat dikatakan jika Dajjal mampu menggenggam surga dan neraka. Manusia di akhir zaman nanti akan dihadapkan dengan ini. Tapi, sesungguhnya apa yang jadi surganya Dajjal jadi nerakanya Allah dan sebaliknya.

Dajjal mampu menunjukkan surga dan negara di tangannya

Tak hanya mampu membawa surga dan neraka, Dajjal juga bisa membunuh seseorang dan menghidupkannya lagi. Tak hanya itu, Dajjal bisa memerintah Bumi dan juga mampu menurunkan hujan.

Satu lagi yang jadi kemampuan terbesar Dajjal, hal tersebut adalah harta-harta yang jumlahnya tak bisa dikira dan hanya diberikan kepada mereka yang mau mengikuti perintahnya.

4. Imam Al Mahdi akan Memerangi Dajjal

Pada masa Dajjal berkuasa, dunia akan dipenuhi dengan kecarut-marutan. Orang-orang Islam yang lemah imannya akan berbondong-bondong keluar dari agama ini.

Di saat kalut seperti ini Allah pun mengutus Al Mahdi, sosok yang dijanjikan Rasul akan membawa dunia menjadi tentram dan Islam berada di masa kejayaannya.

Dunia carut marut karena Dajjal, Imam Al Mahdi kemudian akan dimunculkan

Al Mahdi akan melakukan pergolakan dengan Dajjal dan pasukannya. Namun dalam sebuah riwayat disebutkan jika Al Mahdi seperti kesulitan menahan gempuran Dajjal.

Namun sesuai janji Allah lagi, Al Mahdi mampu memungkasi era kezaliman Dajjal saat makhluk ini berhasil dibunuh oleh Nabi Isa.

5. Dajjal Mati Terhina di Tangan Nabi Isa

Nabi Isa akan turun sesuai janji Allah. Misi utamanya adalah untuk membantu Al Mahdi menegakkan kekhalifahan dan juga menghabisi Dajjal.

Dalam sebuah hadist, pada akhirnya Nabi Isa akan mampu membunuh Makhluk terkutuk ini. Rasul berkata “Sesungguhnya Isa bin Maryam akan membunuh Dajjal di Bab Lud,” Hadist Riwayat Ahmad, Turmudzi, dan Nuaim Bin Hamad.

Bab Lud, tempat Nabi Isa akan membunuh Dajjal

Nabi Isa dikatakan akan membunuh Dajjal dengan menancapkan sebuah tombak. Setelah itu, berangsur-angsur Bumi menjadi tempat yang penuh berkah dan dipimpin oleh seorang khalifah yang dijanjikan, Imam Al Mahdi.

6. Hal-Hal yang Bisa Kita Lakukan Agar Terhindar dari Dajjal

Dajjal adalah fitnah besar, kita takkan pernah sanggup untuk melawan kengeriannya.

Bahkan dalam sebuah riwayat dijelaskan jika nantinya banyak Muslim yang paginya masih teguh memegang Islam, namun sore harinya menjadi kafir setelah melawan Dajjal.

Sampai kedatangan Al Mahdi, maka kita dianjurkan untuk berlindung dan menghindar.

Tidak ada tempat berlindung lain selain kembali kepada Allah

Salah satu caranya dengan menghafalkan 10 ayat pertama Surat Al Kahfi, lalu sebisa mungkin menghindari dan bersembunyi darinya, serta cara terakhir adalah dengan menetap di Mekkah atau Madinah.

Dajjal dan pengikutnya tidak akan mampu masuk ke dalam dua kota ini lantaran Allah telah menyuruh para malaikat untuk menjaganya.

Pertanyaan pentingnya, apakah masa kita sekarang ini sudah dekat dengan Dajjal. Kabar baiknya, sepertinya masih belum. Pasalnya, ada lima fase zaman menurut Nabi, dan Dajjal akan keluar ketika fase terakhir selesai. Kita, menurut yang disampaikan Nabi itu masih berada di fase keempat menjelang kelima.

Meskipun demikian, kita wajib untuk tetap berlindung dari fitnah terbesar akhir zaman ini. Tetap ikuti Al-Qur’an, Sunnah dan Ulama agar hidup kita bisa terselamatkan dari hal-hal yang demikian.

Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Keutamaan ayat kursi seperti dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “ayat kursi ini memiliki kedudukan yang sangat agung. Dalam hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa ia merupakan ayat teragung yang terdapat dalam Al-Quran” (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim).

Banyak sekali keutamaan dari ayat kursi. Penulis akan memaparkan beberapa saja dari keutamaan dari ayat kursi.

1. Ayat yang Paling Agung dalam Al-Quran

Sebagaimana yang ada pada pertanyaan yang diajukan oleh Rasulullah kepada Ubay bin Ka’ab, “Ayat mana yang paling agung dalam kitabullah?” Ubay menjawab, “Ayat kursi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menepuk dada Ubay kemudian berkata, “Wahai Abu Mundzir, semoga engkau berbahagia dengan ilmu yang engkau miliki.” (HR. Muslim).

Ayat Kursi dikategorikan sebagai ayat yang paling agung karena di dalamnya terdapat nama Allah yang paling agung, yaitu Al Hayyu dan Al Qayyum. Namun ulama berselisih pendapat manakah nama Allah yang paling agung.

2. Keagungannya Melebihi Langit dan Bumi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi melebihi agungnya Ayat Kursi (karena di dalam ayat tersebut telah mencakup Nama dan Sifat Allah)”

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Sebab ayat kursi merupakan (salah satu) kalamullah (perkataan Allah), sedangkan kalamullah itu lebih agung dari ciptaan Allah yang berupa langit dan bumi” (HR. At-Tirmidzi)

3. Salah Satu Bacaan Dzikir Sebelum Tidur

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi” (HR. Al-Bukhari).

Jadikanlah ayat kursi sebagai dzikir rutin yang dibaca ketika hendak tidur. Selain itu, ayat kursi juga termasuk bacaan dzikir pagi dan petang.

4. Salah Satu Sebab Masuk Surga

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian” (HR. An Nasa-i, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Beberapa hadits di atas menunjukkan keutamaan Ayat Kursi. Apabila kita merutinkannya, maka kita akan mendapatkan keutamaan yang sangat banyak. Hendaknya setiap muslim bersemangat untuk hal yang bermanfaat bagi dirinya, terkhusus untuk akhiratnya. Ayat Kursi sendiri bukanlah ayat yang panjang dan sulit untuk dihapal. Semoga Allah mudahkan kita untuk mengamalkannya.

Baca Juga :
Kesalahan Remaja zaman sekarang!!
Fakta Keajaiban Dalam Tubuh Manusia
Istiqamah pada Jalan Agama di Zaman Fitnah
Sejarah Islam di Rusia
Ini Manfaat Memiliki Jenggot

Bacaan Niat Puasa Senin Kamis

Bagaimana doa niat puasa senin kamis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam Sunnah yang Shahih dan berdasarkan pemahaman islam yang benar. Lafadz niat puasa senin kamis beserta arti dan terjemahannya. Pertama kali, yang harus dijelaskan adalah niat adalah amal hati. Siapapun ulama sepakat dengan hal ini. 

Apakah Niat itu di bibir atau di hati? 

Niat adalah amal hati, dan bukan amal lisan sebagaimana ditegaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah :

لا يصح الصوم إلا بالنية ومحلها القلب ولا يشترط النطق بلا خلاف

“Tidak sah puasa kecuali dengan niat, dan tempatnya adalah hati. Dan tidak disyaratkan harus diucapkan, tanpa ada perselisihan ulama…” (Raudhah at-Thalibin, 1:268)

Dalam I’anatut Thalibin –salah satu buku rujukan bagi syafiiyah di Indonesia–, Imam Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii juga menegaskan :

أن النية في القلب لا باللفظ، فتكلف اللفظ أمر لا يحتاج إليه

“Sesungguhnya niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri dengan mengucapkan niat, termasuk perbuatan yang tidak butuh dilakukan.” (I’anatut Thalibin, 1:65).

Mengingat niat tempatnya di hati, maka memindahkan niat ini di lisan berarti memindahkan amal ibadah bukan pada tempatnya. Dan tentu saja, ini bukan cara yang benar dalam beribadah. Jadi, inti niat adalah keinginan. Ketika Anda menginginkan untuk melakukan seuatu maka Anda sudah dianggap berniat. Baik amal ibadah maupun selain ibadah. Ketika Anda ingin makan, kemudian Anda mengambil makanan sampai Anda memakannya, maka Anda sudah dianggap niat makan. Demikian halnya ketika Anda hendak shalat dzuhur, Anda mengambil wudhu kemudian berangkat ke masjid di siang hari yang panas, sampai Anda melaksanakan shalat, tentu Anda sudah dianggap berniat.

Artinya modal utama niat adalah kesadaran. Ketika Anda sadar dengan apa yang akan Anda kerjakan, kemudian Anda berkeinginan untuk mengamalkannya maka Anda sudah dianggap berniat. Ketika Anda sadar bahwa besok Ramadhan, kemudian Anda bertekad besok akan puasa maka Anda sudah dianggap berniat. Apalagi jika malam harinya Anda taraweh dan makan sahur. Tentu ibadah semacam ini tidak mungkin Anda lakukan, kecuali karena Anda sadar bahwa esok pagi Anda akan berpuasa Ramadhan. Itulah niat.

Bagaimana Melafadzkan Niat Puasa Senin Kamis dan Niat Ibadah lainnya, seperti shalat, zakat, sedekah, ceramah, naik haji, membaca Al Qur'an, dll?

Kita tidak disunnahkan melafazhkan niat. Alasannya, karena hal itu termasuk perkara yang tidak ada landasannya. Melafazhkan niat sama sekali tidak ada dasarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga tidak ada contohnhya dari para sahabat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak memerintahkan kepada salah seorang dari umatnya untuk melafazhkan niat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mengajarkannya kepada salah seorang dari kaum muslimin. Seandainya melafazhkan niat memang sudah dikenal di masa kenabian dan disyari’atkan, tentu akan diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, karena umat ketika itu melakukan ibadah siang dan malam. Pendapat yang menyatakan melafazhkan niat itu tidak ada tuntunannya, itulah pendapat yang lebih kuat. 

Apa yang seharusnya kita lakukan untuk meneladani Rasulullah dalam cara berniat?

Setelah pembaca sekalian membaca sendiri dengan seksama, apa yang bisa pembaca sekalian simpulkan? Coba bandingkan manakah yang jadi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdan yang bukan? Apakah benar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan melafazhkan niat? Kalau iya, tentu saja beliau akan mengajarkan pada para sahabat dan itu pun sampai kepada kita sebagaimana diberitakan dalam hadits. Namun tidak pernah kita saksikan orang yang menganjurkan melafazhkan niat “usholli fardhu …”, “nawaitu wudhua …”, atau “nawaitu shouma ghodin …”, membuktikan bahwa amalan tersebut berdasarkan hadits Bukhari, Muslim dan lain sebagainya. Lantas pantaskah ibadah dibuat-buat tanpa ada dasar? Ataukah seharusnya kita ikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja?

Sungguh sederhana dalam petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik daripada berlebih-lebihan namun dalam amalan yang tanpa tuntunan. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sederhana memerintahkan berniat cukup dalam hati, tanpa perlu menghafal berbagai lafazh niat untuk diucapkan.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Ikutilah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, janganlah membuat amalan yang tanpa tuntunan. Karena petunjuk beliau sudah cukup bagi kalian. Semua amalan tanpa tuntunan adalah sesat.” [HR Thabrani/Al Mu’jam Al Kabir no. 8770]

Silakan pembaca merenungkan sendiri, manakah yang benar, perlukah melafazhkan niat ataukah tidak? Namun tentu saja itu berdasarkan ilmu dan bukan sekedar menurut hawa nafsu semata atau manut pada apa kata pak kyai semata. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu memberikan hidayahnya kepada kita semua.

Apakah niat puasa senin kamis harus dimulai sejak sebelum subuh?

Berdasarkan sebuah hadits bahwa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari. Lalu beliau bertanya, “Apakah kamu memiliki makanan?” Kami jawab, ‘Tidak.’

Lalu beliau mengatakan, “Jika demikian, saya puasa saja.”

Sebagai contoh kasus, ketika hari senin, si A tidak ada keinginan untuk puasa. Sehingga dia tidak sahur. Namun sampai jam 7.00, dia belum mengkonsumsi makanan maupun minuman apapun. Ketika melihat istrinya puasa, si A ingin puasa. Bolehkah si A puasa?

Jawab: Jika kita mengambil pendapat jumhur, si A boleh puasa. Karena sejak subuh dia belum mengkonsumsi apapun.

Bolehkah puasa senin saja atau puasa kamis saja?

Para ulama menegaskan, puasa di dua hari ini bukan satu kesatuan. Artinya, orang boleh puasa senin saja atau kamis saja. Karena tidak ada perintah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dua hari itu harus dipasangkan, demikian pula tidak ada larangan dari beliau untuk puasa senin saja atau kamis saja. Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi menjawab : 

لا بأس يفرد الاثنين أو الخميس، فالمنهي عن إفراده الجمعة لقول النبي صلى الله عليه وسلم: “لا تخصوا ليلة الجمعة بقيام من بين الليالي ولا يومها بصيام من بين الأيام” رواه مسلم

Tidak masalah puasa senin saja atau kamis saja. Karena yang dilarang adalah puasa hari jumat saja, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kalian khususkan malam jumat dengan shalat tahajud sementara di malam-malam lain tidak, dan jangan khususkan hari jumat dengan puasa, sementara di hari-hari lainnya tidak puasa.” (HR. Muslim)

Baca Juga :
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini
10 Golongan Manusia yang Akan Masuk Surga Tanpa Hisab
Bersandar Hanya Kepada Allah Saja
Mengenal Manhaj Salaf
10 Dosa yang Tidak Diampuni oleh Allah SWT